Karawang, Infobanua.co.id – Jumlah peningkatan kasus terkonfirmasi positif Corona Virus Deseas 2019 (COVID – 19) di Karawang setiap harinya terus bertambah. Rumah sakit sudah tidak dapat menampung pasien bergejala ringan, sedang sampai gawat. Bahkan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karawang juga sempat menutup sementara pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan semua Poli Klinik rawat jalan. Hal itu dilakukan karena membludaknya pasien Covid.
Situasi ini semakin membuat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang repot, untuk perkantoran Pemerintah saja seperti gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Karawang sudah menjadi klaster. Karena sudah ada 7 anggota DPRD Karawang yang positif, dan 1 unsur pimpinan meninggal dunia. Begitu juga dengan kantor Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang sudah ada beberapa melakukan Work From Home (WFH).
Tak hanya itu, tempat ibadah seperti Masjid sudah ada yang melakukan peniadaan shalat Jum’at. Kedaruratan wabah corona di Karawang kali ini disimpulkan oleh Pemerintah merupakan yang paling parah sejak terjadi awal Tahun 2020 lalu.
Tetapi sangat disayangkan, pada saat peningkatan jumlah kasus positif terus terjadi, beberapa perkantoran Pemerintah mulai melakukan WFH dan ibadah berjama’ah ditiadakan. Tetapi pusat perbelanjaan modern seperti mall masih diizinkan beroperasi, dan hanya ada pembatasan jam operasional. Hal tersebut diutarakan oleh aktivis Karawang, Andri Kurniawan. Kamis, (24/06/2021).
Dikatakannya, “Dalam situasi darurat seperti ini, seharusnya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang tidak nanggung mengeluarkan kebijakan. Tegas saja sekalian, untuk sementara waktu tutup permanen saja dulu operasional mall. Kalau hanya dibatasi jam operasional, tidak akan signifikan menekan penyebaran Covid – 19, sebab virus menyebar tidak mengenal waktu,”
“Untuk saat ini tidak perlu lagi berpikir soal Pendapatan Asli Daerah (PAD). Jangankan menurunnya PAD, hilang sekali pun PAD dari sektor pusat perbelanjaan modern tidak masalah, demi kesehatan serta keselamatan masyarakat pada umumnya. Kalau jumlah yang positif terus meningkat, yang repot kan Pemerintah juga. Apa lagi untuk tenaga medis atau Tenaga Kesehatan (Nakes) sudah banyak yang terpapar,” Tegas Andri.
“Ketika Nakesnya saja sudah banyak yang terpapar, tentu semakin membuat sulit keadaan. Selain sudah overloadnya rumah sakit, jika tenaga medisnya saja sudah banyak yang positif, percuma ada tempat isolasi juga, siapa yang mau mengurus dan mengobati pasien? Apa lagi kondisi saat ini lebih banyak yang bergejala,” Sesalnya.
Ditambahkannya, “Jadi sudah lah, sebaiknya Pemerintah tegas saja dalam membuat kebijakan, jangan nanggung! Segera tutup pusat – pusat perbelanjaan modern. Kasihan para tenaga medis, sekali pun mereka yang tidak atau belum terpapar, resikonya sangat tinggi. Mereka juga punya keluarga yang harus dilindungi selain dirinya masing – masing. Meski pun sudah menjadi suatu kewajiban, harus ada rasa empati untuk mereka para tenaga medis,”
“Dan untuk DPRD Karawang juga jangan tinggal diam. Bila perlu segera keluarkan rekomendasi untuk Pemkab Karawang, khususnya Bupati, agar segera mengeluarkan kebijakan menutup sementara mall dan tempat – tempat yang berpotensi kerumunan,” Pungkasnya.
Iswanto.
Bagi para investor dan trader Bitcoin, memahami pergerakan harga aset digital ini bisa menjadi tantangan…
Asuene APAC, the overseas subsidiary of Asuene Inc., has entered into a partnership with PT…
Wall panel atau panel dinding tentunya menjadi material yang harus anda perhatikan ketika akan merenovasi…
Banjarmasin, 23 Desember 2024 – Setelah melalui beberapa tahap seleksi, akhirnya final Inspiration Day Telkomsel…
Jakarta – Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar acara "Expose Produk Inovasi Unggulan FST…
Jakarta, 23-Des-2024 – VRITIMES, platform distribusi siaran pers terpercaya di Asia Tenggara, dengan bangga mengumumkan…