Mandi Safar & Tolakbala Merupakan Tradisi Suku Tidung Dikabupaten Nunukan
infobanua.co.id – Pemerintah Daerah Kabupaten Nunukan provinsi Kalimantan Utara H.Hanafiah Wakil Bupati Nunukan menghadiri Ritual bagi Suku Tidung dikabupaten nunukan Mengelar Tradisi Mandi Safar & Tolak Bala.
Menurut H.Hanafiah SE.M.Si Wakil Bupati Nunukan diwawancarai Wartawab bahwa Mandi Safar adalah salah satu tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang kita selaku suku tidung yang ada di kabupaten Nunukan, bahwa setiap menyambut bulan Safar itu ada tradisi Mengelar Doa sebagai ungkapan Tolak Balah dan beju Safar itu maksudnya menghabiskan semua permasalahan yang ada di dalam diri kita, agar kedepan supaya kita terlindungi dari masalah balak.
Masalah balak ini kan adalah masalah yang kita harus dihindari dan tidak harus terjadi dengan kita maka setiap menyambut bulan Safar itu kita melakukan tradisi dan tradisi ini memang sudah dilakukan turun temurun dan kita dari pemerintah daerah sangat sangat mendukung, ini kegiatan semacam ini.
Lanjut Wakil Bupati Pertama dalam rangka membangun rasa persatuan dan kesatuan kita rasa kebersamaan kita dan tidak menutup kemungkinan juga warga-warga lain bisa saja ikut di sini kan ada masalah yang sifatnya hanya membangun silaturahmi antar etnis. ini doa yang umum yang dilakukan pada saat pembacaan doa itu.
Jadi tidak ada sifat khusus, dan mungkin ini bisa menjadi agenda dari kita di kabupaten nunukan sebagai potensi pariwisata kita ke depan karena ini kan tidak semua orang memiliki tradisi ini dan hanya di suku Tidung yang punya tradisi yang semacam ini.
ini dilakukan setiap bulan Safar atau Bulan Arab karna itu kan biasanya banyak kejadian-kejadian yang di luar kemampuan kita untuk mendeteksinya biasanya kami selaku orang Tidung percaya itu di bulan Safar.
Orang juga menganggap bulan Safar itu bulan panas biasanya orang berkelahi dan lain sebagainya.
Dibulan Safar jadi untuk menghindari itu semua maka dilakukanlah doa tolak bala supaya tidak terkena permasalahannya semacam itu misalnya ada perkelahian antar suku, ini memang budaya masyarakat artinya masyarakat Tidung ini kepingin damai dan tenang.
Jadi mereka melakukan tolak balak supaya itu terhindar dari masalah balak tersebut.
Mandi Safar & Tolak Bala ini digelar di Balai adat tidung Binusan yang mana dihadiri Semua toko
Suku tidung adalah tradisi yang harus kita junjung tinggi dan harus kita jaga dan kalau perlu kita bela karena ini menunjukkan identitas daerah sebab tanpa budaya daerah itu akan miskin budaya.
Dengan budaya itulah kita bisa mempersatukan semua suku etnik yang ada di kabupaten Nunukan dan simbolnya adalah perdamaian kita tidak ingin ada keributan atau kejadian yang memicu perkelahian antar suku dan sebagainya karena kita selaku Orang Asli yang ada di kabupaten Nunukan suku Etnik Tidung Kepingin Hidup Berdampingan dan Damai.
Lanjud Wakil Bupati bahwa saya melihatnya dari sisi positifnya saja, memang tidak semua kegiatan itu semuanya positif pasti ada negatifnya tergantung dia memandang dari mana?.
Saya Wakil Bupati atas nama pemerintah daerah karena ini tradisi yang memang sudah berkembang sejak zaman nenek moyang kita dan itu sebenarnya bertolak belakang dengan adat istiadat dan masalah norma agama jadi kegiatan kita ini tidak masalah tidak merusak aqidah ke Islamia.
Kegiatan Mandi Safar ini sebagai Ajang Silaturahmi dan membangun silaturahmi di antara sesama dan sama orang luar juga, Cara pandang yang berbeda biarkan kita hargai mereka berpandangan yang berbeda tapi itu adalah hak dia.
lanjud Hanafiah bahwa kita tidak mungkin mengajak orang harus ikut sama kita tapi kita sendiri kan punya landasan filosofi melakukan kegiatan.
Kegiatan Mandi Safar ini “bukan bukan mengada-ngada juga bukan di ada-adakan tetapi hal ini memang sudah ada sejak turun-temurun warga masyarakat Tidung dimanapun dan dia berada”.
Seperti Kabupaten Bulungan , kota Tarakan, di kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung mereka secara Serentak merayakan ya pada hari ini Rabu, 6/10/2021. ujar Hanafiah.
Kegiatan seperti ini merupakan budaya dan tradisi warga tidung akan terus tetap dilakukan di sekecil apapun desa itu jika mempunyai etnik suku Tidung maka akan dilaksanakan kegiatan tersebut.
Pemerintah Daerah kabupaten nunukan akan terus mendukung kegiatan-kegiatan Iraw tersebut apalagi persyaratan yang harus kita penuhi bahwasanya Iraw baru Sekali dilaksanakan kita harus mencapai 3 kali berturut-turut.
Iraw tersebut suatu saat ini bisa menjadi agenda nasional dari kementerian pariwisata tetapi kita harus izin dulu.
Kita harus melakukan dulu secara berturut-turut sebanyak 3 kali baru itu bisa nanti menjadi bahan pertimbangan untuk menjadi agenda pariwisata nasional.Ujar Hanafiah Wakil Bupati Nunukan Mengakhirinya (YUSPAL)