infobanua.co.id
Beranda HULU SUNGAI UTARA Pengrajin Pandai Besi Semakin Langka di HSU, Proses Pembuatan Pesaing Impor Jadi Tantangan

Pengrajin Pandai Besi Semakin Langka di HSU, Proses Pembuatan Pesaing Impor Jadi Tantangan

Amuntai, infobanua.co.id – Pengrajin pandai besi semakin langka di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), lamanya proses pembuatan ditambah pesaing impor menjadi tantangan pengrajin di zaman modern seperti ini.

 

Hairun dan Akhmad contoh pandai besi di Amuntai yang  masih bertahan sejak 1976 yang masih menggeluti usahanya. Ayah dan anak warga Gang Manis RT.02 Desa Palampitan Hulu, Kecamatan Amuntai Tengah ini berprofesi sebagai penyepuh besi untuk membuat berbagai alat keperluan seperti parang, linggis, sabit, dan pisau.

 

Termasuk langka karena mayoritas penduduk di HSU lebih condong menggeluti kerajinan bahan kayu, alumunium, sampai dengan eceng gondok dan purun.

 

“Orang tua secara turun temurun menggeluti ini, kami mulai menempa dari jam 08.00 sampai 15.00 Wita, sedangkan untuk pesanan paling banyak biasanya dimusim kemarau saat petani mulai berococok tanam atau sedang panen, kalau musim penghujan seperti ini memang sepi pesanan,” ucap Hairun. Senin (13/12/2021)

 

Selama tujuh hingga delapan jam, Hairun mengaku mampu menghasilkan produk dua sampai tiga parang atau linggis berbahan besi ulir pesanan.

 

“Harganya tergantung jenis bahan yang digunakan dan ukurannya, bila bahan bakunya bagus dan ukurannya lebih panjang dan besar tentunya agak mahal, jadi harganya bervariatif.” ungkapnya.

 

Adapun harga arit atau sabit untuk panen padi dijual sekitar Rp35 ribu, parang pemotong Rp70 ribu, kapak kecil Rp40 ribu, kapak sedang Rp50 ribu, dan kapak besar Rp75 ribu.

 

Hairun menambahkan, untuk pembeli biasanya datang langsung dari daerah HSU untuk dibuatkan kerajinan sesuai yang dipesan.

 

“Pembeli kebanyakan dari Alabio dan Palimbangan. Tapi, bisa juga pembeli yang memesan hasil kerajinan saya dari luar daerah misalnya Balangan,” ujarnya.

 

Lebih lanjut, Hairun mengungkapkan saat ini terkendala pada bahan bakar yang harus dibeli dari Sungai Danau berupa arang kayu ulin dikarenakan di Amuntai belum ada yang menjualnya.

 

“Mudahan usaha pandai besi ini tetap bertahan dan berlanjut,” harapnya.

Fai/IB

Bagikan:

Iklan