Kepala Daerah Inovatif, Bupati Kotim Raih Penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia
SAMPIT – Bertepatan dengan peringatan HUT ke-70 Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Bupati Halikinnor mendapat kado istimewa dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).
Kado tersebut berupa piagam dan medali penghargaan dengan kategori Tiang Lampu Jalan dengan Hiasan Ornamen Etnik Terbanyak.
Halikinnor pun tampak terkejut, ketika melihat pejabat dari MURI muncul di tengah acara Hasupa Hasundau yang digelar di kawasan Terowongan Nur Mentaya, Sabtu (7/1/2023) malam.
Pasalnya, orang nomor satu di Bumi Habaring Hurung tersebut tidak tau jika Terowongan Nur Mentaya, yang dibangun di bawah kepemimpinannya tersebut didaftarkan ke MURI.
“Kami, Pemkab Kotim mengucapkan terimakasih kepada MURI. Ini kejutan bagi kami semua. Bukan bagi Bupati, tapi bagi masyarakat Kotim. Karena diluar ekspektasi saya. Saya tidak mengira kalau malam ini kami mendapat rekor MURI,” ucap mantan Sekda Kotim ini dengan raut wajah bahagia.
Menurut Halikinnor, penghargaan MURI dikoordinasikan oleh pemerintah daerah terkait, sehingga bisa dikondisikan terlebih dulu acara penyerahannya, termasuk penyambutan bagi pejabat MURI.
Namun kali ini berbeda, justru pejabat MURI yang berinisiatif dan hadir untuk menyampaikan penghargaan itu, maka tak heran ia merasa sangat tersanjung.
Kendati demikian, Halikinnor menyebutkan bahwa penghargaan ini diraih bukan semata-mata atas kerja keras dirinya maupun jajaran pemerintah, tapi berkat dukungan dan doa masyarakat Kotim.
“Ini berkat doa seluruh masyarakat, kado yang luar biasa. Masyarakat Kotim hebat, bergotong-royong kita membangun Kotim yang lebih baik lagi,” tandasnya.
Sementara itu, Direktur Operasional MURI, Yusuf Ngadri menerangkan, penghargaan rekor MURI diberikan kepada suatu hal yang pertama dan superatif (paling) dan Terowongan Nur Mentaya dinilai layak mendapatkan penghargaan itu.
“Di samping superatifnya itu kami juga menilai terowongan ini unik. Kami mencatatnya sebagai penerangan jalan dengan hiasan ornamen etnik terbanyak,” jelasnya.
Sebagai informasi, Terowongan Nur Mentaya yang berada di Kota Sampit itu terdiri dari 172 tiang lampu beserta ornamen lampu berbentuk ikan jelawat di setiap ujung tiang.
Selain itu, tak kurang dari 6.880 keping ornamen etnik berupa ukiran batik khas Kalteng dipasang di setiap tiang lampu yang berbentuk melengkung.
Tiang lampu hias ini membentang sepanjang 3 km lebih di Jalan Tjilik Riwut, dari Bundaran Adipura Jalan Samekto sampai Stadion 29 Nopember Jalan Tjilik Riwut.
Rel/nal