infobanua.co.id
Beranda BANJARMASIN Gairahkan Investor, BI Lakukan Penguatan Kerangka Operasi Moneter

Gairahkan Investor, BI Lakukan Penguatan Kerangka Operasi Moneter

Bank Indonesia membuat Langkah tepat dan cermat dengan akibat kenaikan suku bunga acuan. Kenaikan suku bunga bank sentral karena melihat tren pemulihan ekonomi yang cukup kuat dalam 7 bulan terakhir. Namun di sisi lain, pemulihan ekonomi yang kuat ini justru berdampak pada kenaikan harga-harga. Bank Indonesia mengambil keputusan itu untuk menjaga stabilitas ekonomi dan kebijakan makroprudensialnya.

Hal ini membuat Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menghimbau kepada perbankan nasional, untuk tidak mentransmisikan kenaikan suku bunga bank sentral kepada suku bunga kredit perbankan. Demi menjaga pertumbuhan ekonomi nasional.

Perry menjelaskan bahwa kenaikan suku bunga BI 7-Days Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,5% salah satunya adalah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia, kata Perry saat ini tetap berdaya tahan, dipengaruhi oleh daya beli masyarakat dan keyakinan pelaku ekonomi yang terjaga. Diikuti juga upaya BI dan otoritas setempat dalam menjaga inflasi di tanah air. Oleh karena itu, momentum pertumbuhan ekonomi saat ini harus terus ditingkatkan.

Sehingga perbankan nasional dihimbau untuk tidak buru-buru mentransmisikan kenaikan suku bunga sentral terhadap suku bunga kredit.

Kata Gubernur BI pihaknya ingin mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri. Bahwa kenaikan permintaan di dalam negeri masih belum terlalu kuat dan masih bisa dipenuhi dari kapasitas produksi nasional.

Melihat perkembangan data terkini, likuiditas perbankan dan perekonomian masih memadai untuk mendorong peningkatan kredit/pembiayaan dan pemulihan ekonomi lebih lanjut.

Data dari BI pada November 2022, rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tetap tinggi, mencapai 30,42%. Hal ini diharapkan bisa mendukung ketersediaan dana bagi perbankan untuk penyaluran kredit/pembiayaan bagi dunia usaha. Hal ini sejalan dengan stance kebijakan likuiditas yang akomodatif oleh Bank Indonesia.  Dengan likuiditas yang longgar, agar kenaikan BI Rate tidak berdampak signifikan terhadap suku bunga kredit.

Oleh karena itu kenapa kenaikan suku bunga (kredit) tidak semestinya tinggi. Kenaikan suku bunga perbankan, baik suku bunga dana maupun suku bunga kredit, lebih terbatas. BI mencatat, suku bunga deposito 1 bulan pada November 2022 tercatat 3,72% atau meningkat 83 bps dibandingkan dengan level Juli 2022.

Sementara suku bunga kredit November 2022 tercatat 9,11% atau meningkat 17 bps dibandingkan dengan level Juli 2022. Kenaikan suku bunga perbankan yang terbatas tersebut dipengaruhi likuiditas yang masih longgar.

Bank Indonesia harus terus mendorong perbankan untuk membentuk suku bunga kredit yang efisien, akomodatif, dan kompetitif yang dapat mendukung pemulihan ekonomi.

Pada November suku bunga kredit November 9,11% meningkat 17 basis point dibandingkan Juli 2022, sebelum merespon beberapa kenaikan inflasi di dalam negeri karena penyesuaian BBM.

 

Semoga dengan kenaikan suku bunga acuan atau suku bunga kebijakan baru yaitu BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR), bisa menarik minat investor masuk ke pasar keuangan di Indonesia. Bagaimana kenaikan BI Rate ini mendorong kenaikan yield SBN jangka pendek, agar arus modal asing masuk. Dalam sebulan terakhir ini, arus investasi portofolio SBN naik dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.

 

Ida yusnita

 

 

Bagikan:

Iklan