RSUI dan Dinkes Kota Depok Adakan Seminar Kenali, Cegah, dan Tangani Kanker Sedari Dini
Depok, infobanua.co.id – Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) kembali menggelar rangkaian seminar awam dengan tajuk utama: “Kenali, Cegah, dan Tangani Kanker!” yang dilaksanakan dalam rangka memperingati bulan kesadaran kanker sedunia. Secara global, diperkirakan terdapat 19,9 juta kasus baru kanker dan hampir 10 juta kematian akibat kanker. Beban kanker akan meningkat sekitar 60% selama dua dekade mendatang, sehingga semakin membebani sistem kesehatan, masyarakat, dan komunitas. Perkiraan beban global akan meningkat menjadi sekitar 30 juta kasus kanker baru pada tahun 2045, dengan peningkatan terbesar terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.
Seminar Awam Bicara Sehat ini hadir untuk memberikan pengetahuan dan informasi seputar isu yang diangkat. Turut dihadiri juga oleh Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Depok.
Narasumber pertama yaitu dr. Rahmat Cahyanur, Sp.PD-KHOM yakni seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi dan Onkologi di RSUI. Dokter Rahmat membawakan materi dengan tema “Mengenal Kanker Lebih Dini untuk Tata Laksana Paripurna”. Beliau memaparkan dalam presentasinya bahwa data Globocan tahun 2020, didapatkan beberapa jenis kanker yang sering terjadi di Indonesia diantaranya kanker payudara (16,6%), kanker serviks (9,2%), kanker paru (8,8%), kanker kolorektal (8,6%) dan kanker hati (5,4%). Faktor risiko kanker yaitu genetik, mutasi gen, paparan radiasi pengion, dan paparan terhadap karsinogen. Deteksi dini kanker memegang peranan penting untuk menemukan kanker pada kelainan pra-kanker atau stadium lebih awal.
“Deteksi kanker yang dilakukan pada setiap pasien adalah mengenali “musuh” yang akan dihadapi dengan melakukan diagnosis. Secara umum tindakan yang dilakukan adalah tindakan biopsi. Dokter akan menentukan jenis biopsy yang tepat sesuai letak kanker di organ apa dan lokasi tumornya. Setelah mendapatkan diagnosis yang pasti, dokter akan menentukan jenis stadium dengan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan jaringan” jelasnya.
Terkait dengan pengobatan kanker terdapat beberapa modalitas seperti tindakan pembedahan dan radioterapi, pengobatan ini dapat dikerjakan secara tunggal maupun kombinasi disesuaikan dengan kondisi penyakit dan pasien.
“Tindakan pembedahan dan radioterapi termasuk dalam jenis kontrol lokal. Selain itu terdapat pula pengobatan dengan sifat kontrol sistemik yaitu yang masuk melalui sirkulasi darah, saluran cerna dan masuk ke dalam tubuh, di antaranya jenis kemoterapi, terapi target, antibodi monoklonal, dan imunoterapi. Kombinasi terapi-terapi tersebut dan urutannya akan diputuskan oleh dokter sesuai dengan indikasi penyakitnya” tambahnya.
Dokter Rahmat juga menjelaskan gejala dan beberapa langkah pencegahan dan pengobatan kanker.
Pada kanker payudara, beberapa gejalanya adalah adanya perubahan bentuk pada payudara dan puting, atau puting mengeluarkan cairan darah. Deteksi dini yang bisa kita lakukan adalah dengan melakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri), SADANIS (Periksa Payudara secara Klinis) oleh tenaga kesehatan, USG, dan mammografi.
Pada kanker serviks (lahir rahim) gejalanya adalah adanya perdarahan saat berhubungan intim, keputihan, dan nyeri pinggang. Deteksinya dapat dilakukan dengn melakukan pap smear dan IVA. Cara pencegahannya dapat dilakukan dengan vaksinasi HPV dan meminimalisasi faktor risiko.
Kemudian pada kanker kolorektal, biasanya gejala yang terjadi adalah ada perubahan pola buang air besar (kadang sembelit, kadang diare), adanya rasa tidak nyaman pada perut, penurunan berat badan yang tidak disadari, dan kelelahan. Beberapa tindakan pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan rutin melakukan aktivitas fisik, konsumsi makanan bergizi, serta cukupi kebutuhan kalsium dan vitamin D.
Narasumber kedua dalam seminar ini yaitu dr. Wiji Lestari, M.Gizi, Sp.GK(K) yakni seorang dokter spesialis gizi klinik di RSUI. Dokter Wiji membawakan materi dengan tema “Tata Laksana Nutrisi pada Pengidap Kanker.” Dokter Wiji mengawali materi dengan menjelaskan pentingnya nutrisi bagi pengindap kanker karena mereka sangat berisiko mengalami malnutrisi, hingga mengakibatkan tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari.
Sel-sel kanker melepaskan zat-zat peradangan yang meningkatkan laju metabolisme dan mempengaruhi simpanan zat gizi, serta mengalami gangguan persinyalan lapar kenyang yang membuat anoreksia. Risiko malnutrisi ini juga bertambah bila ada efek samping pengobatan, komplikasi penyakit, dan masalah psikis. Malnutrisi yang berlanjut akan mengakibatkan kondisi kaheksia kanker. Kondisi ini ditandai dengan penurunan berat badan ≥5% dalam 12 bulan atau kurang, kelelahan fisik, anoreksia, massa dan kekuatan otot menurun, serta hasil laboratorium yang menunjukkan anemia, albumin rendah atau tanda inflamasi meningkat.
“Nutrisi pada pasien kanker khususnya kebutuhan protein perlu ditingkatkan karena berhubungan dengan risiko penurunan massa otot, maka dari itu tata laksana pemberian nutrisi pada pasien kanker sangan penting terutama mereka yang sedang menjalani terapi”
Tata laksana nutrisi pasien kanker saat menjalani terapi, diantaranya utamakan makanan biasa melalui jalur per oral (mulut), dalam bentuk makanan biasa atau dimodifikasi menjadi lebih lunak (bubur, cincang). Jika asupan <60% kebutuhan selama 1 minggu, dapat ditambah oral nutrition supplement (ONS) berbentuk makanan cair (biasanya berbentuk susu). Bila tidak teratasi, dapat diberikan obat-obatan penambah nafsu makan, dan bila diperlukan dapat dipasang NGT untuk membantu meningkatkan asupan. Bila intake tetap sulit, dapat diberikan nutrisi parenteral (infus) di RS.
“Beberapa poin penting dalam meningkatkan asupan makanan bagi pengidap kanker yang berisiko malnutrisi, diantaranya tidak ada pembatasan makanan karena diutamakan memenuhi kebutuhan nutrisi, pilihlah makanan yang disukai pengidap kanker, pilihlah makanan dengan volume kecil namun tinggi kalori dan tinggi protein, utamakan sumber protein tinggi seperti protein hewani, dan cukupi kebutuhan cairan karena dehidrasi dapat memperburuk kondisi” ujarnya dalam presentasi materi.
Narasumber ketiga dalam seminar ini yaitu dr. Umi Zakiati yang merupakan Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Depok. Dokter Umi membawakan materi dengan tema “Upaya Kota Depok dalam Cegah dan Tangani Kanker.” Mengawali materinya menjabarkan profil demografi dan penduduk kota Depok. Kanker termasuk dalam penyakit tidak menular (PTM). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.71 tahun 2015 tentang Penanggulangan PTM, terdapat empat upaya dalam menanggulanginya yaitu dari hal promosi kesehatan, deteksi dini, perlindungan khusus, dan penanganan kasus.
Beberapa upaya yang sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Depok dalam menangani kanker, di antaranya edukasi dan sosialisasi seminar maupun media sosial agar masyarakat paham pencegahan dan mau melakukan deteksi dini kanker, menyelenggarakan layanan deteksi dini/skrining kanker payudara dan serviks di puskesmas dan komunitas, mengadakan layanan konseling Upaya Berhenti Merokok (UBM) oleh petugas puskesmas, pemberian imunisasi HPV pada anak usia sekolah di Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), melakukan peningkatan kapasitas petugas puskesmas dalam pemeriksaan IVA, Sadanis dan USG, memperluas akses layanan dengan mendorong faskes primer swasta untuk melakukan deteksi dini kanker, serta berkolaborasi dengan lembaga mitra kesehatan.
“Di tahun 2024 ini, Dinkes kota Depok telah merencanakan beberapa kegiatan yang berhubungan dengan program kanker, diantaranya pemeriksaan IVA, Sadanis, dan CO analizer, penguatan survivor kanker, pendataan pasien kanker oleh kader, serta deteksi dini kanker leher rahim dengan metode DNA HPV” tegasnya.
Antusiasme peserta sangat tinggi, dengan jumlah peserta sebanyak 150 orang, dan juga berbagai pertanyaan yang muncul pada seminar ini. Salah satu pertanyaannya yaitu bagaimana cara menangani leukosit yang menurun pada pasien yang sedang menjalani kemoterapi, karena biasanya pasien dengan leukopenia harus menunda kemoterapi.
“Dari sisi makanan beberapa caranya yaitu dengan memenuhi kebutuhan makanan sebagai bahan baku pembuat sel darah putih di antaranya protein, vitamin B12, asam folat. Kondisi leukopenia biasanya terjadi pada pasien dengan asupan makanan kurang, selain itu sebaiknya pasien menghindari infeksi dengan menjaga kebersihan makanan, mungkin sebaiknya masak sendiri, dan hati-hati saat berinteraksi dengan banyak orang untuk menghindari penularan penyakit, dan jika memang masih kurang dapat diberikan suplementasi” jawab dr. Wiji Lestari, M.Gizi, Sp.GK(K).
RSUI berharap kegiatan Seminar Awam Bicara Sehat Virtual ini dapat terus hadir sebagai salah satu upaya promotif dan preventif kepada masyarakat luas. Untuk mendapatkan informasi terkait pelaksanaan seminar Bicara Sehat selanjutnya dapat dipantau melalui website dan media sosial RSUI.
(Wahyu)