Politisasi di RSUD Sayang Cianjur, Dirut Tak Berkutik Dengan Sang Guru Spiritual
infobanua.co.id, CIANJUR – Selain di indikasi menjadi alat politik sang penguasa daerah (Bupati). Terungkap manajemen RSUD Sayang Cianjur juga dipolitisasi melalui intervensi penempatan pejabat-pejabat struktural dan fungsional, yang merupakan orang-orang dekat Bupati.
Seperti penempatan salah seorang orang dekat Bupati berinisial MS alias I ,yang juga diketahui merupakan guru spiritual sang Bupati sebagai tenaga honorer di Rumah Sakit milik daerah tersebut.
Informasi yang didapat, meski sebagai tenaga honorer,MS alias I mempunyai power yang luar biasa serta bisa mengatur para Direksi dan pejabat struktural di RSUD tersebut.
Selain itu diketahui selama menjadi honorer di RSUD Sayang Cianjur, yang bersangkutan ternyata tidak pernah masuk,dan hanya sibuk diluar mendapingi bupati.
” Status honorernya cuman sebagai samaran saja,namun posisinya luar biasa bisa mengendalikan dan mengatur para Direksi dan pejabat lainnya,” kata salah seorang sumber ,yang tidak mau namanya disebut pada Infobanua.co.id, Sabtu (23/03/2024).
Menurutnya RSUD Sayang Cianjur sudah pasti akan menjadi bahan politisasi penguasa daerah (Bupati), karena di dalamnya sudah ditempatkan orang-orang dekatnya baik di lingkup direksi serta pejabat lainnya.
Bahkan dirinya menilai bahwa politisasi di tubuh manajemen rumah sakit milik Pemkab itu jauh lebih gawat dari kegawatdaruratan di IGD. Kuatnya campur tangan Pemkab Cianjur membuat manajemen rumah sakit itu tak berdaya sama sekali.
” Kalau boleh dikatakan politisasi di RSUD Sayang Cianjur sudah sangat gawat,bayangkan hanya karena menjadi orang kepercayaan (guru spiritual) Bupati.seorang tenaga honorer bisa mengendalikan Direksi,dan para pejabat RSUD hingga manut,” ucapnya.
Sementara itu Alief Irfan dari Jaringan intelektual Muda Kabupaten Cianjur mengatakan kalau pengangkatan jabatan tidak sesuai prosedur memang kuat mengarah pada kepentingan satu pihak.
” Entah itu tekanan politik, tekanan ekonomi, tekanan bisnis hingga kepentingan proyek. Semua itu membuat manajemen di rumah sakit menjadi tidak berdaya,” katanya.
Selain itu kata Alief, Penempatan pejabat hanya karena faktor kedekatan atau hubungan emosional, akan menimbulkan konflik internal.
“Bisa juga muncul kecemburuan yang berujung pada mogok kerja. Ini tidak hanya merugikan manajemen rumah sakit tapi masyarakat umum sangat dirugikan,” ujarnya.
Alief, juga mempertanyakan apakah RSUD Sayang Cianjur mempunyai Komite Analisis Jabatan?.
“Jangan-jangan ada tapi tidak berfungsi,” ucapnya.
Hsb (Ab)