Inflasi Kalsel Terkendali, Angka Stabil di 1,81% pada Oktober 2024
Banjarbaru, infobanua.co.id – Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel) melalui Kepala Dinas Perdagangan, Sulkan, mengungkapkan bahwa inflasi di provinsi ini tercatat sebesar 1,81% pada Oktober 2024. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat 1,71% Year on Year (YoY), namun masih dalam kategori terkendali dan stabil.
“Alhamdulillah, kondisi inflasi di Kalsel masih relatif stabil dan terbilang landai. Sementara inflasi nasional berada di angka 1,71% secara tahunan, inflasi di Kalsel sedikit lebih tinggi, yakni 1,81%, namun hal itu masih terbilang wajar dan aman,” ujar Sulkan setelah mengikuti Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi secara virtual yang diselenggarakan di Command Center Kantor Gubernur Kalsel, Senin (4/11).
Sulkan menjelaskan, kenaikan harga beberapa komoditas menjadi faktor utama penyumbang inflasi di Kalsel. Beberapa barang yang mengalami lonjakan harga antara lain ayam ras, telur ayam ras, gula pasir, dan minyak goreng.
“Di beberapa kabupaten/kota, seperti HSS (Hulu Sungai Selatan), Tanah Bumbu, dan Balangan, tercatat inflasi positif yang dipicu oleh kenaikan harga pangan utama. Inflasi tertinggi terjadi di HST (Hulu Sungai Tengah) dengan angka mencapai 0,81%, sementara Tanjung mencatatkan inflasi 0,98%,” kata Sulkan.
Namun demikian, beberapa daerah di Kalsel juga menunjukkan angka inflasi yang lebih rendah, bahkan ada yang tercatat cukup rendah, seperti Tanah Laut yang hanya mencatatkan inflasi 0,37% pada periode yang sama.
Dalam rapat koordinasi yang juga dihadiri oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian, mengingatkan seluruh pimpinan daerah untuk mewaspadai inflasi tinggi dan melakukan langkah-langkah pengendalian yang tepat.
“Tugas kita adalah memastikan inflasi tetap terkendali. Bila ada daerah dengan inflasi tinggi, maka rapat internal perlu dilakukan untuk melakukan tindakan pengendalian lebih lanjut,” tegas Tito Karnavian.
Mendagri juga menekankan pentingnya pemetaan inflasi di tiap daerah agar intervensi yang dilakukan lebih tepat sasaran. Dengan begitu, pemerintah dapat mengambil kebijakan yang lebih efektif untuk menekan inflasi di daerah-daerah dengan angka inflasi tinggi.
Dalam kesempatan yang sama, Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, memberikan penjelasan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi inflasi secara lebih rinci. Ia menjelaskan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, komoditas yang berperan besar dalam inflasi adalah emas perhiasan, kopi bubuk, dan nasi serta lauk.
“Untuk inflasi bulan ini, emas perhiasan menjadi komoditas dengan kontribusi terbesar, memberikan andil inflasi sekitar 0,06%. Di sisi lain, harga daging ayam ras juga mengalami kenaikan cukup signifikan sebesar 2,76%, sedangkan harga bawang merah melonjak hingga 7,94%, dan tomat meningkat tajam sebesar 16,3%,” terang Amalia.
Namun, Amalia juga menyebutkan beberapa komoditas yang mengalami deflasi atau penurunan harga, seperti minyak bensin, cabe merah, dan cabe rawit yang dapat membantu menekan laju inflasi di beberapa sektor.
Meskipun inflasi di Kalsel sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional, kondisi inflasi di daerah ini tetap tergolong stabil dan terkendali. Sulkan optimistis bahwa pemerintah daerah bersama dengan pihak terkait akan terus bekerja keras untuk menekan kenaikan harga yang berpotensi mempengaruhi daya beli masyarakat.
“Secara keseluruhan, Kalsel masih dalam kondisi yang cukup baik. Inflasi di wilayah kita relatif rendah, dan kami akan terus berupaya untuk memastikan harga-harga tetap terkendali. Kami juga terus melakukan pemantauan dan intervensi harga jika diperlukan, terutama pada barang-barang kebutuhan pokok yang menjadi penyumbang utama inflasi,” tutup Sulkan.
Pemerintah Kalsel diharapkan dapat terus menjaga kestabilan harga dengan mengoptimalkan strategi pengendalian inflasi yang berbasis pada pemantauan harga secara real-time. Penerapan langkah-langkah yang lebih presisi, seperti pengaturan distribusi barang dan peningkatan stok komoditas penting, akan sangat membantu dalam mengurangi dampak inflasi yang bergejolak.
Dalam beberapa bulan ke depan, masyarakat Kalsel masih dihadapkan pada tantangan menjaga daya beli yang tetap stabil meskipun terdapat faktor eksternal yang memengaruhi harga barang dan jasa. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah, bersama dengan sektor swasta dan masyarakat, sangat penting untuk menekan inflasi dan memastikan perekonomian daerah tetap sehat.
Fad/IB