Studi Banding Ketahanan Pangan: Kunjungan Tiga Kecamatan ke Desa Bhuana Jaya, Tenggarong Seberang
Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur – Desa Bhuana Jaya, Kecamatan Tenggarong Seberang, menjadi tuan rumah kunjungan studi banding ketahanan pangan dari tiga kecamatan yang terdiri atas 70 desa. Kunjungan ini dilakukan dalam dua angkatan, yaitu Angkatan Pertama yang berjumlah 52 orang dari Kecamatan Sekayu dan Kecamatan Lawang Wetan, serta Angkatan Kedua yang berjumlah 72 orang dari Kecamatan Batanghari Leko, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Kunjungan tersebut bertujuan untuk mempelajari berbagai praktik pengelolaan sumber daya desa, khususnya dalam ketahanan pangan, pemanfaatan limbah peternakan, dan teknologi tepat guna (TTG). Kepala Desa Bhuana Jaya, Frend Effendy, menjelaskan bahwa Desa Bhuana Jaya telah memulai program ketahanan pangan sejak 2019.
“Salah satu fokus kami adalah optimalisasi pemanfaatan limbah kotoran sapi untuk mendukung keberlanjutan peternakan dan pertanian. Selain itu, kami juga menggunakan TTG untuk meningkatkan efisiensi kerja para petani dan peternak,” ujar Frend Effendy.
Salah satu TTG yang menarik perhatian para peserta adalah alat pemisah batang dan biji padi, yang dimodifikasi secara mandiri oleh tim Desa Bhuana Jaya. Alat ini mampu bekerja dengan efisiensi tinggi hingga memisahkan material hingga jarak 100-300 meter. Sayangnya, karena ongkos kirim yang tinggi, alat ini belum dapat langsung didistribusikan ke daerah lain. Sebagai solusi, peserta kunjungan mendokumentasikan cara kerja alat tersebut agar bisa ditiru di daerah masing-masing.
“Teknologi ini sangat membantu petani, terutama dalam memisahkan batang dan daun dengan hasil yang lebih bersih dibandingkan metode tradisional. Bahkan, di malam hari pun alat ini tetap bisa dioperasikan,” tambah Frend Effendy.
Dalam kunjungan ini, para peserta juga berdiskusi tentang sejarah dan makna nama Buana Jaya. Secara harfiah, Bhuana Jaya berarti “Bumi Jaya,” tempat bermukimnya masyarakat yang berusaha mencapai kesejahteraan. Secara etimologis, nama ini menggambarkan semangat hidup masyarakat desa untuk terus maju dan berkembang.
Kunjungan studi banding ini berlangsung mulai pukul 10.00 hingga 16.00 setiap harinya. Para peserta mengapresiasi sambutan hangat dan informasi berharga yang mereka peroleh selama kegiatan. “Desa Bhuana Jaya memiliki banyak kesamaan dengan desa kami, dan kami sangat terinspirasi oleh inovasi yang diterapkan di sini,” ujar salah satu peserta.
Dengan adanya studi banding ini, diharapkan desa-desa yang berpartisipasi dapat mengadopsi praktik terbaik dari Desa Bhuana Jaya untuk memperkuat ketahanan pangan di wilayah mereka masing-masing.(din)