Categories: Opini

Menulis Kembali Sejarah Bangsa

oleh : Pribakti B *)

Semua bangsa menulis sejarahnya. Namun , banyak sejarah yang ditulis tidak sebagaimana fakta sesungguhnya, tetapi dibuat berdasarkan ilustrasi-ilustrasi sesuai selera (penguasa). Isinya lebih banyak berupa sanjungan, pujian  serta pembenaran kepada penguasa atau pun rezim. Akhirnya kenyataan yang sesungguhnya menjadi kabur. Karena yang demikian inilah-barangkali-lalu muncul adagium bahwa sejarah adalah tulisan rezim yang ditulis adalah hal-hal yang sifatnya membenarkan, bahkan memuja rezim itu sendiri.

Sejarah yang ditulis berdasarkan selera rezim jelas mengingkari fitrah penulisan sejarah itu sendiri. Yaitu ditulis agar seseorang dapat menyimak, mempelajari dan mengkaji detail detail peristiwa di masa yang sudah lampau, guna dijadikan bahan refleksi untuk rancangan dan mendesain masa depan. Sebab, sebagaimana diketahui bersama bahwa aneka ragam peristiwa yang terjadi hanyalah pengulangan- pengulangan masa lalu, hanya tampilannya saja yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penulisan sejarah wajib jujur dan apa adanya.

Memang sulit menuliskan sejarah secara jujur. Bukti yang mudah untuk disebut di sini adalah peliknya mengungkap pelaku sebenarnya Gerakan 30 September tahun 1965. Pada masa Orde Baru, peristiwa berdarah itu ditulis bahwa pelakunya adalah PKI. Kini sejarah penulisan itu dipermasalahkan lagi agar nama PKI sebagai pelaku pemberontakan tidak disebut bahkan dilupakan. Tentang siapa sebenarnya pelaku pemberontakan itu, kiranya perlu diteliti lebih jauh lagi guna menemukan kebenaran sejarah itu sendiri.

Di Indonesia, banyak catatan-catatan sejarah yang kita tulis tidak lebih dari mozaik- mozaik heroisme kepahlawanan, keberanian serta perjuangan yang penuh dengan bersimbah darah. Penulisan sejarah seperti itu di satu sisi, mampu mengingatkan kegigihan serta keberanian para pendahulu kita dalam menentang dan melawan penjajah. Tetapi di sisi yang lain, penulisan itu juga dapat memancing kemarahan serta kebencian yang mendalam  kepada para penjajah. Harus diakui pengalaman penjajahan selama ratusan tahun berupa penyiksaan, penghinaan, pemasungan dan pemerkosaan hak-hak , tentu sangat menyakitkan. Tetapi yang demikian itu tidak perlu disesali, diratapi, apalagi ditangisi. Begitu pula , pengalaman pahit masa penjajahan itu juga tidak perlu disikapi dengan rasa amarah dan sakit hati yang mendalam. Cukuplah kesemuanya dilihat sebagai kenyataan sejarah.

Dan kalau pun harus marah dan sakit hati, itu juga harus dikelola secara baik sehingga luapan kemarahan kita tidak destruktif, tetapi konstruktif yang memiliki korelasi positip dengan cita-cita kemerdekaan. Oleh sebab itu, pengalaman tidak menyenangkan pada  zaman penjajahan harus dikonversi dengan langkah-langkah yang terencana, pragmatis-konseptual dan benar-benar dikuasai oleh setiap insan Indonesia terutama para pemimpin bangsa .

Banyak contoh penulisan sejarah yang ditulis dengan jujur akan mampu memberikan daya dorong, sekaligus juga mendidik. Lihatlah sejarah yang ditulis oleh Korea Selatan! Kemarahan dan juga kebencian terhadap penjajah (Jepang) mewarnai penulisannya. Tapi, negeri ginseng itu juga menulis (mengakui ) secara jujur bahwa penyebab mereka dijajah oleh negeri matahari terbit itu adalah karena kesalahan dan kebodohan mereka sendiri, tidak kompak dan saling berkhianat.Karena itu, mereka sadar supaya tidak dijajah lagi oleh Jepang, mereka tidak boleh bodoh lagi tetapi harus pintar melebihi orang Jepang yang dahulu menjajahnya. Termasuk juga dalam soal teknologinya harus lebih canggih dari teknologi buatan Jepang. Persatuan dan kesatuan mereka juga harus lebih solid dari Jepang. Lihatlah, akibatnya Korea Selatan kini sangat maju.

Contoh lain penulisan sejarah yang ditulis tidak dengan kebencian dan kemarahan adalah sejarah orang Afrika Selatan. Sebagaimana diketahui orang Afrika Selatan selama bertahun-tahun ditindas oleh orang kulit putih. Tetapi demikian , mereka bisa memaafkan meskipun tidak dapat melupakan perilaku keji orang-orang kulit putih terhadapnya. Yang demikian ini dilakukan karena mereka berpendapat bahwa kemajuan tidak dapat dicapai dengan dendam. Sebaliknya , kemajuan dapat digapai dengan memaafkan. Dan hanya orang-orang yang beranilah yang bisa memaafkan. Kini, Afrika Selatan juga menjadi negara yang maju, melesat dengan cepat. Bagaimana menurut Anda?

*) dokter senior RSUD Ulin Banjarmasin

infobanua

Recent Posts

Dua Pengedar Ganja Berhasil Dibekuk Satresnarkoba Polres Tegal

Tegal, infobanua.co.id - Polres Tegal kembali menunjukkan komitmennya dalam memerangi peredaran gelap narkotika. Dua pelaku…

3 jam ago

Peringatan Hari AIDS, Universitas Prof. Dr. Moestopo dan Okamoto Gelar Talkshow Edukasi Kesehatan Seksual

JAKARTA - Dalam rangka memperingati Hari AIDS yang jatuh setiap 1 Desember, Universitas Prof. Dr.…

18 jam ago

Bawaslu Kota Tegal Gelar Rapat Koordinasi Evaluasi dan Refleksi

Kota Tegal, infobanua.co.id - Bawaslu Kota Tegal gelar rapat koordinasi evaluasi dan refleksi , Pengawasan…

19 jam ago

Pemerintah Kota Tebing Tinggi Peringati Peristiwa Bersejarah Berdarah 13 Desember 1945

Tebing Tinggi, infobanua.co.id – Pemerintah Kota (Pemko) Tebing Tinggi menggelar upacara bendera untuk memperingati peristiwa…

19 jam ago

Pj Sekda Banjarbaru Tutup Orientasi PPPK Angkatan V-XI Tahun 2024

Banjarbaru, infobanua.co.id – Pj. Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Banjarbaru, Muhammad Farhani, secara resmi menutup Orientasi…

22 jam ago

Milad Mubarak Muhammadiyah Kabupaten Paser: Serangkaian Kegiatan Sosial dan Edukasi

Paser, infobanua.co.id – Dalam rangka memperingati Milad Muhammadiyah yang ke-112, Pengurus Muhammadiyah Kabupaten Paser, Kalimantan…

23 jam ago