Categories: Bisnis

Emas Turun Pasca Rekor Tertinggi, Namun Sinyal Bullish Belum Pudar

Harga emas (XAU/USD) mengalami tekanan dalam dua hari terakhir meskipun masih mencatatkan kinerja mingguan yang positif. Pada hari Jumat (21/3), harga emas diperdagangkan di sekitar $3.030 setelah mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di $3.057 sehari sebelumnya. Penurunan ini dikaitkan dengan Quadruple Witching, sebuah peristiwa pasar yang menyebabkan volatilitas tinggi karena jatuh tempo kontrak berjangka dan opsi secara bersamaan, yang mendorong investor untuk menyesuaikan portofolio mereka.

Menurut analisis dari Andy Nugraha, Dupoin Indonesia, kombinasi candlestick dan indikator Moving Average saat ini menunjukkan bahwa tren bullish kembali menguat pada XAU/USD. Proyeksi pergerakan harga emas hari ini menunjukkan potensi kenaikan hingga $3.036. Namun, jika harga gagal menembus level tersebut dan mengalami pembalikan (reversal), maka target penurunannya bisa mencapai $3.000 sebagai batas terdekat.

Pada awal sesi perdagangan Asia hari Senin (24/3), harga emas melanjutkan pelemahan ke sekitar $3.025. Penurunan ini terjadi setelah lonjakan ke rekor tertinggi pada hari Kamis lalu, di tengah optimisme pasar terhadap kemungkinan tercapainya kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina. Negosiasi yang dilakukan di Riyadh antara pejabat Ukraina dan AS menandai langkah positif menuju gencatan senjata, yang berpotensi menurunkan permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven.

Meski demikian, prospek pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) dan ketidakpastian ekonomi global masih berpotensi mendukung kenaikan harga emas. The Fed mempertahankan suku bunga stabil pada pertemuan Januari dan Maret, menunggu tanda-tanda lebih lanjut dari penurunan inflasi. Bank sentral AS juga memproyeksikan rata-rata dua kali pemangkasan suku bunga pada tahun 2025, yang dapat memperlemah dolar AS dan mendorong kenaikan harga emas.

Ketua The Fed, Jerome Powell, baru-baru ini menyatakan bahwa kebijakan Presiden AS Donald Trump, seperti penerapan tarif impor, mungkin telah memperlambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan inflasi. Kondisi ini semakin memperkuat ketidakpastian ekonomi, yang berpotensi meningkatkan permintaan emas sebagai aset lindung nilai.

Secara keseluruhan, meskipun harga emas mengalami tekanan akibat sentimen positif dari negosiasi damai Rusia-Ukraina, prospek kebijakan moneter The Fed dan ketidakpastian global masih menjadi faktor utama yang dapat menjaga stabilitas dan bahkan mendorong kenaikan harga emas dalam jangka pendek.

Artikel ini juga tayang di VRITIMES

admin

Recent Posts

Perumda Tirta Taka Nunukan Serahkan Laba Bersih Tahun 2024 ke Pemerintah Daerah

NUNUKAN, infobanua.co.id – Pemerintah Daerah Kabupaten Nunukan menerima penyerahan Laba Bersih Tahun 2024 dari Perusahaan Umum…

4 jam ago

Kapolda Kaltara Tinjau Persiapan Pengamanan Operasi Ketupat 2025 di Nunukan

NUNUKAN, infobanua.co.id – Kapolda Kalimantan Utara, Irjen Pol Hary Sudwijanto, melaksanakan kunjungan kerja pada Selasa,…

5 jam ago

Kapolda Kaltara Tinjau Kesiapan Pengamanan Operasi Ketupat 2025 di Nunukan

NUNUKAN, infobanua.co.id – Irjen Pol Hary Sudwijanto, Kapolda Kalimantan Utara, melakukan kunjungan kerja pada Selasa,…

5 jam ago

Resah Surat Sumbangan Palsu, Kadis Kominfo Batola Akan Informasikan Langsung ke Masyarakat

Marabahan, infobanua.co.id - Workshop Perumusan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian (BINWASDAL) Perizinan yang dilaksanakan selama dua…

5 jam ago

WSBP Catatkan Pertumbuhan Pendapatan 31,58% Sepanjang 2024

Jakarta, Maret 2025. PT Waskita Beton Precast Tbk (kode saham: WSBP) berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan…

5 jam ago

Safari Bupati Batola “Ditutup” di Masjid Al-Mutaqqin Desa Pindahan Baru

Marabahan, infobanua.co.id - Agenda Safari Ramadhan 1465 H yang dilaksanakan Bupati Barito Kuala, Dr. H.…

6 jam ago