Corona Mengamuk di Kota Blitar, RSUD Mardi Waluyo, Kekurangan Nakes
Blitar, Infobanua.co.id – Karena terjadi peningkatan pasien dan lonjakan kasus baru Corona Virus Disease-2019 (covid-19) di Kota Blitar, membuat IGD RSUD Mardi Waluyo, Kota Blitar melebihi kapasitas atau overload, sehingga sementara belum bisa menerima pasien baru.
Kepala RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar, melalui Pelayanan dan Penunjang Medis RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar, dr. Herya Putra Dharma, mengatakan, jika pihaknya pada Jum’at 16 Juli 2021 sore kemarin telah menerima pasien covid-19 baru sebanyak 40 orang lebih.
“Kami terpaksa tidak menerima dulu pasien covid-19 baru, karena ruangan kami sudah melebihi kapasitas atau overload, bahkan sudah sampai 125 porsen di IGD, sampai bednya habis,” kata Pelayanan dan Penunjang Medis RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar, dr. Herya Putra Dharma, Sabtu 17-07-2021.
Menurut Dharma, pasien yang ditempatkan di IGD, adalah pasien yang menunggu hasil PCR positif. Begitu hasil PCR positif, maka pasien, baru dipindahkan ke ruang isolasi.
Saat ini, dari 188 buah bed yang disiapkan di ruang isolasi okupansinya tergolong aman.
“Kami telah berkoordinasi dengan tiga Puskesmas yang ada di Kota Blitar yang merujuk pasien, untuk sementara ini supaya dirawat dulu di Puskesmas,” terangnya.
Masih menurut Dharma, hari ini, satu ruangan, baru disiapkan untuk menjadi ruang isolasi baru. Termasuk juga untuk memperluas ruang IGD.
Disinggung mungkin akan mendirikan tenda seperti bulan lalu, Dharma menuturkan belum ada rencana untuk mendirikan tenda darurat guna menampung kondisi kedaruratan pasien covid-19.
“Tempat dapat kami tambah, tapi siapa yang merawatnya nanti. Karena tenaga kesehatan kami sangat terbatas, banyak yang tumbang. Sementara rekruitmen relawan masih dalam proses. Kami tidak ingin pasien kecewa, jadi kondisi ini harus kami sampaikan biar transparan saja,” ungkapnya.
Selanjutnya Dharma menerangkan, jika banyak tenaga kesehatan (nakes) dari hasil tracing dan testing terkonfirmasi positif covid-19.
Dengan kondisi seperti ini mau tidak mau harus melokalisir nakes yang terinfeksi dengan meminta mereka tidak bekerja dulu.
Agar para nakes tidak memperluas paparan covid-19, baik kepada pasien maupun keluarganya.
“Kami langsung isolasi nakes yang positif, kemarin saja dari hasil tracing banyak keluarga nakes yang ikut positif juga. Juga termasuk kami terjebak tracing sehingga harus isolasi dulu menunggu masa inkubasi lima hari untuk di testing lagi,” paparnya.
Lebih dalam Dharma menjelaskan, munculnya postingan ajakan menolak berita covid-19 sangat disayangkan.
Seharusnya dalam kondisi seperti ini, warga masyarakat seharusnya mengakses semakin banyak informasi valid dari media mainstream. Bukan malah tidak mengupdate perkembangan yang terjadi.
Sehingga, jika suatu waktu mereka terpapar civid-19, akan memudahkan harus melapor atau menghubungi pihak mana.
“Ini riil, kami sudah kuwalahan. Kami sudah 17 tahun mengabdi di Rumah Sakit ini. Sejak di IGD sampai di instalasi jenazah. Baru kali ini dalam sejarah, kami sampai kehabisan kantong jenazah,” pungkasnya. (Eko.B).