infobanua.co.id
Beranda BANJARMASIN Ramadan, Kita dan Iblis

Ramadan, Kita dan Iblis

Oleh: Pribakti B *)

Hari minggu lalu  menjelang subuh , saya menerima Whats App dari seorang teman .yang bunyinya sebagai berikut (bahasa sedikit saya ubah). ”Iblis minta pensiun. Allah bertanya: ” Wahai Iblis, kenapa kau kembali kepadaKu , padahal engkau sendiri yang minta untuk menggoda manusia?” Iblis menjawab: ”Hakim Agung yang seharusnya adil dan bijak malah memeras dan terima sogokan. Hamba khawatir justru kami yang tergoda oleh manusia. Maka kami minta pensiun dini saja.”

 

Terus terang , saya sempat geli tetapi kemudian terkagum-kagum membaca Whats App yang cukup sinis dan tajam dalam menggambarkan kondisi masyarakat kita sekarang ini. Luar biasa hebat penciptanya. Sebenarnya jujur, kita hampir kehilangan kosa kata untuk melukiskan moral bangsa yang semakin memburuk dari hari ke hari. Apalagi aparat penegak hukum telah turut berperan untuk menjadikan keadaan semakin runyam, sekalipun kita belum tahu pasti apakah benar ”orang-orang terhormat ” itu telah menyalahgunakan posisinya untuk meraup benda haram.

 

Kutipan di atas adalah di antara cara kreatif bagaimana rakyat kita yang punya kepekaan batin menciptakan ungkapan-ungkapan sarkastik. Mungkin karena sudah tidak tahan menonton kondisi bangsa ini yang dirusak terus menerus tanpa rasa dosa dan malu, sampai-sampai Iblis pun putus asa melihat kelakuan manusia. Ini karena manusia telah mengalahkannya dalam perlombaan berbuat jahat sehingga memohon pensiun muda.

 

Sarkasme semacam ini akan terus bermunculan setiap saat bilamana belum juga terbayang tanda-tanda potitif dari pemerintah dan kita semua yang masih siuman untuk benar-benar berjibaku memperbaiki keadaaan yang telah bobrok ini. Saya tidak tahu lagi apa sebenarnya yang dicari oleh kaum elite di negeri ini. Ada percaloan untuk mendapatkan dana untuk musibah, ada pula kerja berebut proyek .  Itulah sebabnya , sepertinya dalam kelakuan, tidak ada lagi bedanya mereka yang mengaku percaya kepada wahyu dan mereka yang tidak hirau kepada agama”. Semuanya disikat habis, asal ada peluang  untuk itu.

 

Itu belum lagi kita berbicara tentang proses pembuatan undang-undang, berapa upeti yang harus dikeluarkan oleh para pengusaha besar agar anggota DPR yang terhormat itu menjadi tenang dan enak tidur. Pokoknya mereka minta  diberi jatah untuk dirinya dan untuk partai. Kita bisa membayangkan berapa perihnya keadaan kita dan jangan menyesal nanti jika yang tersisa dari harta negeri ini tinggal tulang belulang yang berserakan karena dagingnya telah dilahap habis.

 

Alangkah buruk dan malang nasibnya, wahai Indonesiaku. Anak-anakmu sendiri semakin tidak tahu diri. Filosofi ”mumpungisme” telah menjadi agama mereka sehingga Iblis menjadi tidak tahan dan kemudian minta undur diri karena sudah kalah bersaing dengan makhluk yang bernama manusia! Whats App di atas sampai kepada saya pada jam-jam menjelang sahur pada bulan yang serba suci ini (Ramadan).

 

Semula saya tidak mau bereaksi karena sudah jenuh mengkritik, tetapi ketika saya ulang membacanya, batin saya tergerak lagi untuk mengulasnya. Siapa tahu dimulai bulan Ramadan kali ini petualangan jahat oleh sejumlah pihak yang membuat kondisi bangsa ini babak belur akan berkurang. Dan tak mustahil para petualang ini juga mahir memberikan ceramah tarawih, menasehati para jamaah agar hidup lurus, bermoral, dan jangan mencuri harta negara karena dapat berakibat runtuhnya bangsa ini.

 

Disinilah peliknya situasi kita. Terjadi keretakan yang semakin parah antara kata dan laku. Kata bertutur agar yang berbuat baik, laku menempuh jalan menyimpang semakin lama semakin larut dalam kubangan dosa dan dusta. Namun, Al –Qur’an masih menghibur kita. Kita salin misalnya makna ayat 53 dari surat az-Zumar. ”Sampaikan (Muhammad). ”Wahai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas atas diri-diri mereka (berkubangan dalam dosa dan dusta), janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya , Allah mengampuni dosa-dosa semuanya ”,

Allah Maha Pengampun dan Penyayang. Allah senantiasa membuka pintu taubat bagi mereka yang menyesali kesalahan dan mau kembali. Dan bangsa yang sedang gerah ini menanti perubahan sikap itu dari kita semua. Siapa tahu akan ada khikmah Ramadan kali ini. Semoga.

 

*) Dokter RSUD Ulin Banjarmasin

Bagikan:

Iklan