infobanua.co.id
Beranda Jawa Timur Langkanya Gas Elipiji 3 Kilogram Mengurangi Penghasilan Pengusaha Makanan

Langkanya Gas Elipiji 3 Kilogram Mengurangi Penghasilan Pengusaha Makanan

Bu Sukarmi, penjual warung kopi dan gorengan.

Blitar, infobanua.co.id – Pasca kelangkaan gas elpiji 3 kilogram, berdampak pada semua warga masyarakat di Blitar Raya, khususnya para pelaku usaha, berakibat mengurangi penghasilannya.

Salah satu pelaku usaha warung kopi dan goreng-gorengan ibu Sukarmi, warga Dusun Kautan, Desa Jeding, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar, mengatakan, akibat langkanya gas elpiji 3 kilogram yang sudah sepekan terakhir ini, mengatakan, gas elpiji 3 kilogram tersebut menjadi alat utama dalam mengais rejeki.

Sulitnya mendapatkan gas elpiji 3 kilogram, membuat dirinya harus keliling kebeberapa pangkalan dan toko untuk mendapatkannya, jika persediaan ada tak jarang pihak pangkalan memberikan batasan.

“Kami punya 4 buah tabung elpiji 3 kilogram, tapi hanya dijatah 3 tabung saja,” kata ibu Sukarmi, dengan nada heran. Kamis, 27-03-2023.

Menurut bu Sukarmi, hal seperti itu membuat hasil uasahanya tidak maksimal.

Untuk menyiasati, pihaknya harus mengurangi jumlah gorengannya yang dimasak, sehingga berdampak pada penghasilannya yang berkurang.

“Ya terpaksa, dari pada tidak berjualan sama sekali, terpaksa kami membatasi jumlah pemakaian gas,” jlentrehnya.

Lebih dalam mak Brot panggilan akrab bu Sukarmi menuturkan, karena hal tersebut membuat hasil jualan yang biasa didapatkan kurang maksimal.

Padahal banyak kebutuhan yang harus mereka penuhi, sehingga membuat perekonomian keluarga cukup terganggu, karena dari usaha tersebut mereka dapat menyekolahkan anak serta memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Hal senada juga dirasakan oleh penjual nasi goreng di pasar Pahing, Kota Blitar, yang enggan disebut namanya, dia mengaku pernah beberapa hari tidak berjualan karena sulit mendapatkan gas elpiji 3 kilogram. Padahal berjualan nasi goreng menjadi ladang sumber penghidupannya.

“Kami sempat semalam tidak berjualan, malam berikutnya berjualan lagi, diselang-seling gitu,” katanya sambil wajahnya menerawang keatas.

Menurutnya, dalam dua malam menghabiskan satu tabung. Jadi dua malam sekali mereka harus menyediakan tabung gas elpiji 3 kilogram.

Dari dua tabung saja, terkadang satu tabung miliknya menganggur tidak dapat ditukar karena kesulitan mencari gas elpiji 3 kilogram.

Sebagai alternatif tidak jarang mereka menggunakan kayu bakar untuk memasak. Sehingga gas yang biasa digunakan untuk kebutuhan di rumah dapat dialihkan untuk kebutuhan berjualan.

“Jika ada kayu atau bathok kelapa, kami buat untuk memasak dirumah pakai tungku kecil,” ungkapnya.

Selanjutnya mereka berharap, agar masalah ini bisa segera teratasi. Karena warga masyarakat akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan jika persediaan gas elpiji 3 kilogran sulit didapatkan.

Terutama bagi pelaku usaha yang membutuhkan gas elpini 3 kilogram Apalagi pangkalan atau toko memberi batasan dalam membeli gas tersebut.

“Kami pikir bukan hanya para usaha makanan saja, tapi para peternak ayam juga kesulitan. Karena untuk membesarkan anak ayam sekarang juga pakai gas elpiji,” pungkasnya. (Eko.B).

Bagikan:

Iklan