BPBD Kota Blitar Ancang-ancang Mengantisipasi Terjadinya Kekeringan
Blitar, infobanua.co.id – Musim kemarau 2023, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Blitar mulai ancang-ancang mengantisipasi terjadinya kekeringan.
Salah satunya adalah berkoordinasi dengan instansi terkait, seperti Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Blitar, sebagai bentuk siaga jika sewaktu-waktu terjadi kekeringan atau kekurangan air bersih di warga masyarakat.
“Hingga saat ini belum ada laporan kekeringan di Kota Blitar. Namun sebagai bentuk antisipasi kami sudah berkoordinasi dengan DLH dan PDAM yang memiliki armada penyuplai air,” kata Kepala BPBD Kota Blitar, Agus Suherli, Minggu 20-08-2023.
Menurut Agus, pihaknya juga mengkondisikan beberapa kantong sumber air di Kota Blitar.
Dengan harapan, bila warga masyarakat membutuhkan air bersih, maka kantong sumber air tersebut siap mensuplainya.
“Seperti pengalaman tahun-tahun lalu pernah terjadi kekeringan yang berdampak pada kekurangan air bersih di beberapa Kelurahan Kota Blitar ketika terjadi kemarau panjang,” jlentrehnya.
Lebih dalam Agus menuturkan, seperti pada musim kemarau tahun 2019 lalu, ada lima Kelurahan di Kota Blitar yang mengalami kekeringan.
Sejumlah sumur di lima Kelurahan tersebut kering yang berdampak terhadap warga kekurangan air bersih dan saat itu, warga mengandalkan kiriman air bersih dari BPBD.
Lima Kelurahan yang mengalami kekeringan pada tahun 2019, adalah Kelurahan Pakunden, Kecamatan Sukorejo, Kelurahan Ngadirejo, Tanggung, Sentul, Kecamatan Kepanjenkidul dan Kelurahan Gedog, Kecamatan Sananwetan.
“Semoga tahun ini tidak ada yang kekeringan di Kota Blitar. Informasi dari BMKG puncak kemarau terjadi pada bulan September hingga Oktober 2023,” ungkapnya.
Masih menurut Agus, berdasarkan surat peringatan dini dari BMKG, Kota Blitar masuk status siaga potensi kekeringan pada musim kemarau 2023 ini.
BMKG merekomendasi daerah yang masuk status siaga potensi kekeringan untuk melakukan langkah antisipasi.
“Langkah antisipasi yang harus dilakukan, adalah teknologi modifikasi cuaca, melakukan dropping atau pendistribusian air bersih, waspada kebakaran hutan, lahan dan semak, serta budidaya pertanian yang tidak membutuhkan banyak air,” pungkasnya. (Eko.B).