Menulis Sejarah
OLEH: Pribakti B *)
Perziarahan manusia, khususnya para elite kekuasaan, seperti menulis sejarah. Sejarah tentang dirinya. Sejarah yang akan dibaca anak-cucu. Cerita sepak terjang politik akan jadi memori kolektif bangsa. Akumulasi dan persepsi publik seorang tokoh akan menjadi modal sosial berharga bagi keturunan. Situasi politik memang terkadang berpengaruh terhadap penulisan sejarah, karena sesuatu yang baik bisa dianggap buruk pada eranya, tapi bisa sebaliknya pada era yang berbeda.
Banyak di antara kita yang beruntung bisa mengalami semua masa pemerintahan dari Presiden Soekarno hingga Jokowi. Mengalami dalam arti merasakan bagaimana cara dan gaya setiap presiden dalam mengelola negara , ditambah mengemban amanah untuk menjadikan rakyat sejahtera . Setiap presiden mempunyai kekurangan dan kelebihan yang tidak bisa dinafikan. Tingkat kepuasan dan kekecewaan rakyat juga berbeda, terutama apabila dipandang dari sudut kepentingan yang berbeda.
Cerita tentang Bung Karno, presiden pertama, pernah membawa Indonesia menjadi kekuatan yang disegani di Asia, dengan kekuatan militer yang sangat modern pada zamannya. Amerika Serikat dan sekutu – sekutunya sampai beberapa kali ingin menjatuhkan Bung Karno , tapi selalu gagal. Walaupun program Berdiri Di atas Kaki Sendiri atau Berdikari yang dicanangkan membawa Indonesia ke jurang kemiskinan , terutama menjelang berakhirnya kekuasaan Bung Karno, ada satu catatan penting yang tidak boleh dilupakan.
Pada era Bung Karno , Indonesia tidak mempunyai utang luar negeri sama sekali. Banyak hal positif lain yang akhirnya pada era sekarang diakui oleh semua elemen bangsa. Banyak orang yang meniru atau mencoba meniru ajaran, gaya dan cara Bung Karno, tapi tidak ada yang bisa menyamai . Julukan Putra Sang Fajar memang layak disandang oleh Bung Karno. Banyak sekali buku mengenai Bung Karno yang saya baca, terutama buah karya penulis dari luar negeri. Secara obyektif , banyak sekali hal positif disampaikan mengenai bapak pendiri bangsa ini.
Demikian pula cerita integritas proklamator Mohammad Hatta masih harum hingga kini. Namanya diabadikan sebagai Bung Hatta Anti Coruption Award. Kesederhaaan Hatta sangat kelewatan. Hanya sepatu Bally buatan Inggris , Hatta yang pernah menjabat wakil presiden, tak mampu membelinya. Kini karena zaman telah berubah, budaya pamer justru kerap dilakukan elite. Begitu juga cerita K.H. Abdurahman Wahid. Periode kepresidenannya pendek. Namun legacy Gus Dur soal kemajemukan dan penghargaan bagi masyarakat Tionghoa sangat diapresiasi . Perayaan Imlek dan kesetaraan masyarakat Tionghoa berkat jasa Gus Dur. Gus Dur sempat disebut-sebut sebagai bapak Tionghoa Indonesia.
Ada pula cerita soal Kapolri Hoegeng Imam Santoso. Sosok teguh dan berintegritas. Dikenal sebagai polisi bersih. Jika Hoegeng masih hidup, mungkin dia menangis melihat situasi saat ini. Sebagai sosok polisi yang jujur dan bersih serta menghindari konflik kepentingan. Hoegeng pwernah meminta Merry, istrinya menutup toko bunga yang baru dirintis, Hoegeng tak ingin ada konflik kepentingan. Sebagaimana ditulis Soehartono dalam buku Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan (2013), Hoegeng tak ingin memanfaatkan polisi, kekuasaan dan jabatannya sebagai Dirjen Imigrasi. Saat pemilik rumah sewaan tak mau dibayar rumah sewaannya, Hoegeng membayarnya dengan wesel pos.
Begitu juga Hakim Agung Artidjo Alkostar dikenang sebagai algojo koruptor. Dia menggunakan palu hakimnya sebagai ikhtiar membersihkan negeri ini dari korupsi. Ia berpulang dalam kesunyian dan meningkatkan kepedihan bagi gerakan antikorupsi. Namun , mungkin juga kegembiraan bagi koruptor atau calon koruptor. Korupsi ataupun perbuatan koruptif tidak senantiasa terkait dengan uang. Perilaku tidak jujur , pemalsuan , sampai tindak kriminal aadalah korupsi. Kita bisa lihat hal itu dalam putusan Mahkamah Konstitusi. Amanah luhur yang mereka emban tidak tergambarkan dalam berbagai putusan.
Pepatah lama mengatakan, saat manusia mulai berkuasa, maka mulai berubahlah tingkah lakunya. Kekuasaan memang begitu mempesona, menggetarkan. Akibatnya , banyak orang mabuk kekuasaan dan kemudian jatuh karena menyalahgunakannya. Tindakan politik selalu terkait dengan kekuasaan. Merebut kekuasaan, mempertahankan kekuasaan, menambah kekuasaan dan meng-exercise kekuasaan. Ketika exercise kekuasaan , untuk mempertahankannya. Cerita sejarah sedang dibuat. Terserah elite mau dikenan sebagai apa. Sebagai tokoh bersih , koruptor, pemersatu bangsa atau sebagai apa. Itu tergantung pilihan dan putusan politik. Namun yang pasti, generasi berikut akan membaca sejarah itu.
Maka sejarah harus diluruskan , terutama bagi para generasi muda sekarang dan yang akan datang, bahwa kita pernah punya seorang pahlawan Bung Karno, Bung Hatta, Gus Dur, Polisi Hoegeng dan Hakim Artidjo. Semuanya patut kita banggakan . Jangan sampai stempel negatif terhadap mereka terus menempel di pikiran generasi penerus bangsa. Pelurusan sejarah juga harus dilakukan bagi tokoh-tokoh lain yang berjasa terhadap bangsa dan negara. Sebab , sejak era Orde Lama, Orde Baru, Reformasi, sampai pasca Reformasi , kerap terjadi penyelewengan dan pemutarbalikkan fakta sejarah.
*) Dokter RSUD Ulin Banjarmasin