Harga Kedelai Mahal, Pelaku Usaha Tahu dan Tempe di Kota Blitar Tetap Bertahan
Blitar, Infobanua.co.id – Meski harga Kedelai mulai merangkak naik, tapi kenaikan harga kedelai tersebut belum mempengaruhi produksi pelaku usaha Tahu dan Tempe di Kota Blitar.
Para pelaku usaha Tahu dan Tempe di Kota Blitar masih bertahan memproduksi seperti biasanya atau normal.
Demikan juga dengan jumlah produksi dan harga jual masih tetap, meski sebagian pelaku usaha memilih mengurangi ukuran potongan Tahu dan Tempe untuk menyiasati mahalnya harga Kedelai.
Seperti yang dilakukan Imam salah satu pelaku usaha Tahu dan Tempe di Kelurahan Pakunden, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar.
Imam merupakan perajin Tahu dan Tempe tergolong berskala besar di Kota Blitar.
Dalam sehari, mereka rata-rata membutuhkan 3,5 Kuintal Kedelai untuk memproduksi Tahu dan Tempe.
Ketika harga Kedelai mahal seperti saat ini, produksi Tahu dan Tempe di tempatnya masih tetap normal, yakni 3,5 Kuintal Kedelai per hari yang dia produksi.
“Jika dikatakan terdampak, memang terdampak. Karena harga bahan bakunya Kedelai naik. Tapi sebagai pelaku usaha harus tetap produksi, apalagi Tahu dan Tempe termasuk makanan pokok warga masyarakat,” kata Imam, Minggu, 20-02-2022.
Menurut Imam, sekarang harga Kedelai Rp 11 ribu per-Kilogram. Harga Kedelai mulai naik sejak pertengahan bulan Januari 2022 yang lalu.
Dari harga Rp 09 ribu per-Kilogram, secara bertahap terus merangkak naik dan sekarang tembus Rp 11 ribu per-Kilogram.
“Pertengahan tahun 2021 lalu juga naik seperti ini, harga Kedelai dari Rp 07 ribu per-Kilogram naik menjadi Rp 11 ribu per-Kilogram.
Kemudian harga bertahan di angka Rp 09 ribu per-Kilogram dan sekarang naik lagi,” jlentrehnya.
Lebih dalam Imam menuturkan, jika dirinya bersana para pelaku usaha Tahu dan Tempe di Kota Blitar, sudah tidak terkejut dengan kenaikan harga Kedelai seperti ini.
Para pelaku usaha Tahu dan Tempe di Kota Blitar, tetap berproduksi normal meski harga Kedelai marangkak naik.
“Memang dibeberapa daerah lain ada yang berencana berhenti produksi karena harga Kedelai mahal. Tapi di Kota Blitar tetap produksi,” ungkapnya.
Masih menurut Imam, para pelaku usaha Tahu dan Tempa menpunyai cara untuk menyiasati mahalnya harga Kedelai agar tetap dapat berproduksi dan tidak merugi.
Seperti dengan cara memperkecil ukuran potongan Tahu dan Tempe di saat harga Kedelai mahal.
“Satu masakan dengan takaran 18,5 Kilogram Kedelai yang biasanya menjadi 116 potong Tahu, sekarang dijadikan 130 potong Tahu,” terangnya.
Selanjutnya Imam menambahkan, sedangkan untuk harga jual Tahu tetap, yakni Rp 1.000 per-potong.
“Harga jual Tahu tidak kami naikkan. Hanya ukuran potongan Tahu kami perkecil. Dan para pelanggan juga sudah paham akan hal ini. Yang penting ada komunikasi antara pelaku usaha dan pelanggan,” jelasnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Yudi, perajin Tempe skala industri rumah tangga di Kelurahan Gedog, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar.
Walau harga Kedelai mahal, pihaknya tetap memproduksi Tempe seperti biasanya.
Dalam sehari, mereka membutuhkan 10 Kilogram Kedelai untuk memproduksi Tempe. Namun begitu, mereka belum mengubah ukuran dan menaikkan harga Tempe, buatannya.
“Ukuran potongan dan harga jual masih tetap yaitu Rp 05 ribu per-potong. Kami juga tetap memproduksi 10 Kilogram Kedelai setiap harinya,” kata Yudi.
Menurut Yudi, pihaknya tidak berani menambah produksi Tempe di saat harga Kedelai mahal. Mereka hanya memproduksi Tempe sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
“Kami tidak berani menambah produksi, kami khawatir barangnya kembali. Kalau barang kembali dan harga Kedelai mahal, potensi ruginya semakun besar,” paparnya.
Lebih dalam Yudi menuturkan, dirinya baru punya rencana menaikkan harga jual Tempe, jika harga Kedelai terus naik tembus harga Rp 15 ribu per-Kilogram.
“Kalau harga Kedelai tembus Rp 15 ribu per-Kilogram, kami baru berani menaikkan harga jual Tempe, karena para pelanggan sudah kami kabari,” pungkasnya. (Eko.B)