Pelatihan Guru Untuk Pendidikan Demokrasi di Kalimantan Barat
Pontianak, infobanua.co.id – PIER Universitas Paramadina dan Konrad Adenauer Stiftung (KAS) pada tahun 2022 ini mengagendakan 3 program Pelatihan Guru Untuk Pendidikan Demokrasi. Satu Pelatihan telah selesai dilakukan di Kota Yogyakarta pada bulan Februari. Hari ini tanggal 23 Mei pelatihan serupa juga diselenggarakan di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Acara yang direncanakan berlangsung hingga tanggal 25 Mei 2022 dibuka secara resmi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Barat.
Sambutan pembukaan disampaikan oleh Drs. Kusnadi, Kepala Bidang Ketenagaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Kusnadi menyambut baik inisiatif PIER Universitas Paramadina dan Konrad Adenauer Stiftung yang membantu Dinas Pendidikan dalam peningkatan pemahaman para guru terkait masalah demokrasi.
“Guru penting untuk mengikuti acara ini secara serius, setidaknya agar bisa mempraktikkan dan membangun demokrasi di satuan pendidikan, selanjutnya saya meminta kepada para guru yang hadir dalam pelatihan ini agar menyampaikan hasil pelatihan dalam acara apel pagi hari senin depan. Saya akan hubungi kepala sekolah masing-masing,“ demikian ungkapnya.
Kegiatan ini diselenggarakan di Hotel Aston, Kota Pontianak. Acara diikuti oleh 25 orang peserta karena pertimbangan situasi pandemi. Ada yang berbeda dengan pelatihan di tempat lain, khusus di Pontianak peserta yang diutus oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan hanya dari kalangan guru pengampu mata pelajaran PPKN.
Selain perwakilan dari Dinas Pendidikan, pembukaan Pelatihan Guru untuk Pendidikan Demokrasi juga dihadiri oleh Ari Dharma Stauss, yang mewakili Konrad Adenauer Stiftung dan Direktur eksekutif PIER Universitas Paramadina Djayadi Hanan, Ph.D. Dalam sambutannya Djayadi Hanan menyampaikan tujuan penyelenggaraan kegiatan ini utamanya dalam rangka mengenalkan secara dini prinsip dan nilai demokrasi kepada siswa melalui para guru yang ikut pelatihan ini.
“Demokrasi sebagai sebuah pengetahuan mungkin telah sama-sama kita pahami, namun ada dua agenda penting lain, mengapa guru perlu mendapatkan pelatihan demokrasi. Pertama, dalam rangka menyiapkan para pemimpin Indonesia yang makin demokratis di masa depan. Kedua, mengajak para guru untuk menggagas secara bersama tentang model pembelajaran demokrasi yang demokratis. Karena bisa jadi pengetahuan tentang demokrasi diajarkan dengan cara yang otoriter.
Ari Dharma Stauss yang hadir secara online untuk mewakili Pimpinan Konrad Adenauer Stiftung untuk Indonesia dan Timor Leste lebih banyak mengenalkan tentang Konrad Adenauer Stiftung (KAS) dan komitmen KAS terhadap pendidikan demokrasi, HAM, penegakan hukum, dan lain-lain. KAS banyak menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga yang memiliki visi yang sama di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Ada lebih dari 100 negara yang saat ini telah bermitra dengan KAS.
Narasumber pelatihan ini berasal dari kalangan aktivis pendidikan dan akademisi. Antara lain, Djayadi Hanan, pengamat politik dan direktur PIER Universitas Paramadina, Danang Binuko, Ditjen Politik dan Pemerintahan Umum, Kemendagri, selanjutnya ada Mohammad Abduhzen pengamat Pendidikan, Umar Abdullah, dosen Universitas Islam Negeri Raden Fatah, Palembang dan Hilal Tri Anwari, Sekretaris PIER Universitas Paramadina.
Rel/IB