infobanua.co.id
Beranda Jawa Timur Para Peternak Ayam Blitar Tegas Menyatakan Tidak Menggunakan Elpiji Bersubsidi

Para Peternak Ayam Blitar Tegas Menyatakan Tidak Menggunakan Elpiji Bersubsidi

Blitar, infobanua.co.id – Pasca langkanya gas elpiji 3 kilogram di Blitar, serta isu yang tersiar banyaknya penyalahgunaan gas elpiji 3 kilogram untuk industri peternakan, membuat para peternak ayam petelur di Blitar merasa gerah.

Akhirnga para peternak ayam petelur di Kabupaten Blitar, dengan tegas mengklaim tidak menggunakan gas elpiji 3 kilogram untuk pemanas ruangan Day Old Chick (DOC) yaitu istilah untuk anak ayam yang baru berumur satu hari.

Salah satu peternak ayam petelur Sapuan Jauhari, warga Desa Gandegan, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar, mengatakan, selama ini para peternak ayam memilih untuk menggunakan gas elpiji non subsidi.

Sebab penggunaan gas elpiji non subsidi berukuran 5 kilogram dan 12 kilogram jauh lebih efisien dan lebih murah untuk digunakan dalam industri peternakan.

“Jika pakai elpiji 3 kilogram itu penuh resiko, terkadang gas elpiji 3 kilogram juga tidak penuh jadi cepat habis, sehingga kami selaku peternak juga mengkalkulasi yang ketemunya lebih murah yang Bright Gas,” kata Sapuan Jauhari, Minggu 30-07-2023.

Menurut pak Sapo, panggilan akrab Sapuan Jauhari, gas elpiji digunakan para peternak guna menghangatkan ruangan pembesaran DOC atau anak ayam, dan biasanya proses ini berlangsung selama 21 hari.

Untuk keperluan gas elpiji nonsubsidi 5 kilogram untuk seribu ekor anak ayam, menhabiskan hingga 10 buah tabung. Jika menggunakan gas elpiji 3 kilogram, maka biaya produksi dari para peternak akan jauh lebih besar.

“Jika toh seandainya pakai gas elpiji 3 kilogram, kemudian habis ditengah malam, malah kita sendiri yang repot, sebab beaya pasti lebih banyak lagi,” jlenyrehnya.

Lebih dalam pak Sapo menuturkan, jumlah peternak ayam petelur di Blitar-pun terus berkurang setiap tahunnya.

Data dari Dinas Peternakan, hingga kini tidak lebih dari 3 ribu peternak yang masih aktif dari yang sebelumnya tercatat 4.500 peternak.

Dan rata-rata para peternak ayam petelur, hanya dua kali melakukan pembibitan DOC selama setahun. Sehingga keperluan akan gas elpiji-pun juga tidak setiap hari.

Dengan hitungan waktu pembesaran anak ayam yang hanya sekitar 21hari. Maka selama setahun hanya 42 hari saja peternak ayam petelur membutuhkan gas elpiji.

Bahkan sejumlah peternak besar yang ada di Blitar, justru memilih menggunakan listrik untuk sumber penghangat ruangan DOC.

Para peternak ayam petelur di Blitar, sekarang banyak beralih menggunakan sistem close house yang menggunakan listrik sebagai sumber penghangat ruangan DOC.

Karena dirasa lebih menghemat biaya. Selain itu kemungkinan kematian anak ayam dengan menggunakan penghangat listrik jauh lebih kecil ketimbang memakai gas elpiji.

“Kami pikir sekarang yang menggunakan gas elpiji itu peternak kecil kalau yang besar sudah pakai listrik semua, karena lebih murah juga lebih mudah dikontrol dan disesuaikan,” terangnya.

Sementara ditempat terpisah Polres Blitar akan menindak jika ditemukan pelanggaran penggunaan gas elpiji 3 kilogram untuk industri peternakan.

Polres Blitar berpedoman pada aturan bahwa elpiji 3 kilogram hanya diperuntukkan bagi warga masyarakat kurang mampu dan bukan untuk industri.

“Jika semisal ada industri baik restoran maupun pabrik yang menggunakan gas elpiji bersubsidi maka akan kami lakukan penindakan. Tapi hingga kini belum ada informasi, tapi seandainya ada laporan akan kami tindak lanjuti,” kata Kasat Reskim Polres Blitar, AKP M Gananta.

Menurut Gunanta, secara umum kondisi gas elpiji 3 kilogram di wilayah Kabupaten Blitar masih terdapat kelangkaan.

“Namun pihak Pertamina dan juga Dinas terkait menegaskan bahwa persediaan gas elpiji 3 kilogram masih aman,” pungkasnya. (Eko.B).

Bagikan:

Iklan