infobanua.co.id
Beranda Opini Indonesia ke Depan

Indonesia ke Depan

Pribakti B

oleh: Pribakti B *)

Jangan ragu dengan masa depan Indonesia. Indonesia adalah mega-entitas yang hidup. Indonesia adalah ibu yang menghidupi putra-putrinya. Bung Karno kerap melukiskan begini: “Ibumu Indonesia teramat cantik. Cantik langit dan buminya, cantik gunung dan rimbanya, cantik laut dan sungainya, cantik sawah dan ladangnya , cantik gurun dan padangnya. Ibumu Indonesia teramat baik, airnya yang kamu minum, nasinya yang kamu makan. Ibumu Indonesia, teramat kaya. Ibumu Indonesia teramat kuat dan sentosa , dari dulu melahirkan pujangga, pahlawan dan pendekar”.

 

Lukisan itu terjadi pada masa pencerahan akal budi pada awal abad XX ketika mimpi-mimpi  indah membangun sebuah bangsa. Tekad komitmen, konsensus akhirnya mampu membidani sebuah bangsa besar yang secara geopolitik mengeratkan dua benua; Asia dan Australia, juga menyambungkan dua samudra: Pasifik dan Hindia (Indonesia). Para putra bangsa berjuang tanpa pamrih, tentu tanpa memikirkan kursi kekuasaan. Mereka lebih memikirkan hal yang lebih besar dan lebih mulia: bangsa yang merdeka. Mereka adalah generasi terbaik negeri ini yang membangkitkan jiwa bangsa dan mewarisi negara-bangsa.

 

Seabad kemudian mimpi-mimpi indah itu mungkin terkubur di dalam timbunan sejarah. Seakan-akan ditelan bumi, tak berbekas lagi. Hampir tiada lagi menemukan warisannya dalam pikiran putra-putra bangsa sekarang. Karena, mimpi-mimpi generasi sekarang tidak lagi indah. Hari-hari ini bukan lagi mimpi tentang bunga-bunga bermekaram , melainkan mimpi-mimpi tentang bunga-bunga layu dan berguguran. Inilah mimpi buruk pada awal abad XXI tatkala generasi yang memimpin negeri ini lebih memperlihatkan jiwa-jiwa kerdil.

 

Potret Indonesia hari ini tidak lagi didominasi jiwa-jiwa mulia, melainkan jiwa-jiwa tercela, penuh prasangka, amarah, kebencian dan fitnah. Panggung politik bukan lagi sebagai arena untuk kebaikan bersama, melainkan kisah penaklukan bagi mereka yang haus kuasa. Korupsi yang merajalela, saling sikut dan saling mencerca jadi sarapan getir sehari-hari. Banyak politikus menjalani hidup memilih asal beda dengan suara-suara sumbang. Merasa paling membela rakyat meski publik sudah tahu semuanya karena ambisi kekuasaan.

 

Apa yang paling menyolok pada zaman sekarang? Syahwat kuasa sulit dikendalikan. Partai politik baru terus bermunculan karena demokratisasi menyediakan banyak kursi kekuasaan. Tahun 2024 ini ada 24 partai politik yang bertarung . Kursi-kursi walikota, bupati atau gubernur diperebutkan begitu keras. Bagaimana caranya, semua calon ingin merebut kursi-kursi tersebut. Dalam sistem demokrasi cara-cara demokrasi, terhormat, persaingan sehat, sportif, adu program justru tak dipercaya. Hari ini mereka lebih percaya pada kekuatan uang. Mulai dari mencari kendaraan partai politik, menghimpun tim sukses, membangun pencitraan, hingga membeli suara rakyat. Tak heran, korupsi di kekuasaan seperti lingkaran setan.

 

Tabiat lain yang hari ini marak adalah perilaku cakar-cakaran. Padahal, kerap digambarkan bangsa ini ramah, toleran, tepa selira. Jangan –jangan itu cuma ada di text book saja. Kosa kata yang terserap di pikiran saat ini didominasi diksi: “korupsi, politik uang, kebencian , pengaduan ke polisi , juga pengibulan dan sejenisnya”. Kosa kata yang hanya memancing kegaduhan dan sangat tidak produktif. Di bawah rezim media sosial, watak-watak seperti itu makin kalap . Sungguh hanya membawa pesimisme dan dampak negatif. Beda sekali dengan generasi seabad silam yang dipenuhi dengan pemujaan terhadap “ bangsa, jiwa, kemerdekaan, kebebasan, persatuan, ibu pertiwi, cinta tanah air”. Itulah yang menyuburkan tanah, bibit-bibit unggul, jiwa-jiwa bergelora , optimisme dan harapan yang melampaui zamannya.

 

Diakui atau tidak Indonesia negeri yang unik, penuh dengan hal-hal yang seram serius, tetapi penuh dagelan dan badutan juga. Mengerikan tapi lucu, dilarang justru dicari dan amat laku, dianjurkan , disuruh tetapi malah diboikot, kalah tapi justru menjadi amat populer dan menjadi pahlawan khalayak ramai, berjaya tetapi keok, aman tertib tetapi kacau balau, ngawur tetapi justru disenangi, sungguh misterius tetapi gamblang bagi semua orang. Begitulah gambaran absurd saat ini.

 

Dan Indonesia itu bukan cuma Pilpres. Indonesia itu adalah mimpi negeri makmur gemah ripah loh jinawi. Indonesia bukan cuma di panggung nasional di Jakarta,, yang selalu berisi dengan mimpi-mimpi tak indah lagi. Indonesia adalah puzzle-puzzle yang saling melengkapi dari ujung timur sampai ujung barat, dari ujung utara hingga tepi selatan. Indonersia bukan cuma milik mereka yang ada di panggung politik nasional. Dan diseantero negeri ini begitu banyak mimpi indah tentang Indonesia. “Hari kemudian dari Tanah Air kita terletak pada hari sekarang, hari sekarang itu adalah kamu,” tulis Tjipto Mangoenkoesoema dalam suratnya kepada kaum pergerakan sebelum dibuang ke Banda, 1927. Kini , kamu itu , ya, kita semua. Kita tolak mimpi tak indah. Kita wujudkan mimpi Bung Karno.

 

*) Dokter RSUD Ulin Banjarmasin

Bagikan:

Iklan