Individu VS di Bawah Ketiak

Oleh: Abdul Jamil Al Rasyid
Individu adalah satuan terkecil dari kelompok atau masyarakat yang terdiri dari satu orang. Individu memiliki ciri-ciri khusus yang melekat dalam dirinya, seperti kepribadian, identitas, pemikiran, dan perilaku yang unik. Dewasa ini, banyak masyarakat yang percaya bahwa individu seseorang itu perlu ditempa baik itu secara pendidikan, sosial, ekonomi, budaya dan lainnya. Pada hakikatnya manusia tidak bisa hidup sendiri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain. Akan tetapi konteks individu yang penulis canangkan di dalam tulisan ini adalah dalam konteks organisasi (kebersamaan).
Banyak kalangan yang menilai bahwa di dalam berorganisasi tidak bisa sendiri harus ada relasi serta sistem yang tidak boleh dilanggar oleh seseorang individu.
Di bawah ketiak dalam tulisan ini bukan seperti penyakit yang terjadi pada seseorang, tetapi suatu istilah yang penulis temukan ketika individu seseorang di dalam berorganisasi masih berada di bawah bayang-bayang dari senior, sesepuh dan orang yang lebih besar serta memiliki power dalam organisasi tersebut. Pada masa sekarang banyak penulis jumpai individu seseorang yang belajar dan berproses di dalam organisasi berada di bawah bayang-bayang senior yang menimbulkan banyak efek baik itu secara positif maupun negatif bagi individu tersebut.
Dari kedua hal ini(individu dan di bawah ketiak) adalah dua hal yang sering kita jumpai dalam berorganisasi. Organisasi adalah wadah bagi seorang individu untuk mengasah diri, menempa diri, belajar, berproses dan berpikir untuk kemajuan diri sendiri. Penulis banyak menjumpai seseorang yang secara individu berhasil dalam organisasi tanpa bayang-bayang dari senior dari organisasi tersebut akan lebih matang secara pemikiran dibandingkan dengan individu seseorang yang berada di bawah ketiak dari senior. Kita mesti melihat bagaimana dari hal yang besar misalnya untuk mengurus negara kita saja pernah masyarakat berasumsi salah satu presiden di Republik ini berada di bawah bayang-bayang senior tetapi hal ini juga bisa dibuktikan bahwa asumsi liar tersebut di akhir masa jabatan salah satu presiden tersebut tidak berada di bawah bayang-bayang orang lain.
Polemik seperti ini sering terjadi di Indonesia karena para pemimpin dalam sebuah organisasi biasanya sering di cap oleh orang lain berada di bawah bayang-bayang senior karena menurut penulis hal ini akan menjadi bagus untuk orang yang baru masuk ke dalam sebuah organisasi, tetapi tidak bagus untuk seorang pemimpin dari organisasi tersebut. Lebih baik pemimpin organisasi tidak berada di bawah bayang-bayang siapapun karena ketika orang tersebut sukses dalam menjalankan visi dan misi organisasi, tentu dia akan diklaim sebagai adik senior A, B dan C. Hal ini yang justru menurut penulis mempersempit pemikiran serta menghambat pemikiran kreatif seseorang dalam menjalankan organisasi.
Kasus-kasus di bawah ketiak ini hadir karena sistem di dalam organisasi tersebut memicu bahwasanya organisasi milik pribadi seseorang, mengklaim diri bahwa organisasi tersebut besar oleh dia dan lainnya. Organisasi yang seperti ini sering kita jumpai baik itu organisasi internal kampus maupun eksternal kampus. Karena banyak kalangan yang memanfaatkan pemimpin dari organisasi tersebut untuk maju di masa depan. Rekomendasi untuk menjadi pemimpin juga salah satu penyebab bahwa sistem di bawah ketiak lebih baik dibandingkan dengan individu seseorang, pendapat bagi seseorang yang ingin berkuasa di dalam organisasi tersebut. Menurut penulis, hal ini yang menyebabkan seorang pemimpin organisasi ketergantungan dengan satu orang karena tidak bisa menerapkan apa yang dia inginkan bukan senior dia kehendaki.
Tetapi penulis juga menyoroti sistem seperti ini juga ada sisi positif yang dapat kita ambil salah satunya adalah organisasi tersebut tertib dari atas hingga ke bawah, satu pemikiran, tidak banyak dinamika yang terjadi untuk kemajuan organisasi tersebut. Akan tetapi dampak ini akan sangat berpengaruh bagi individu seseorang yang ingin menjadi pemimpin tanpa ada dikte dari kanda-kanda senior yang menganut paham feodalisme yang masih kuat. Karena sistem dikte serta doktrin yang diberikan oleh senior baik itu secara moril maupun materi membuat organisasi tersebut akan berjalan stagnan. Logikanya saja, seorang pemimpin tersebut dalam mengambil keputusan tentu akan menunggu dulu apakah senior tersebut setuju atau tidak.
Pemimpin yang baik menurut pandangan penulis adalah penulis yang lahir dari usaha, kerja keras dan juga kemauan dari individu seseorang, bukan pemimpin titipan yang dicanangkan oleh senior untuk memimpin sebuah organisasi serta menjalankan visi dan misi yang telah diatur sedemikian rupa oleh senior tersebut. Kematangan pemikiran seorang pemimpin biasanya akan dihambat oleh feodalisme yang dilakukan oleh senior karena keputusan yang diambil bukan berdasarkan keinginan senior sebagai pengendali buka keinginan pribadi pemimpin tersebut.
Untuk itu individu vs di bawah ketiak bagi seorang pemimpin bakal merusak tatanan demokrasi dan juga berlawanan dengan pancasila yang sudah disusun oleh bapak bangsa kita. Kreasi yang dihadirkan oleh seseorang tentu akan lebih menarik ketika individu memimpin sebuah organisasi ketimbang ada masukan senior baik itu senior A, B maupun C. Masalah seperti ini harus dipahami oleh pemimpin organisasi karena senior di dalam organisasi hanya memiliki hak saran bukan memutuskan. Kalau seseorang sudah menjadi senior misalnya, biarkan seseorang berkreasi sesuai keinginan dia dalam suatu organisasi. Karena setiap individu menurut penulis adalah orang yang memiliki pemikiran dan juga pengalaman yang berbeda bukan karena dia masih muda karena minim pengalaman, intinya kita percayakan saja pada individu seseorang apabila dia sudah melenceng tentu sebagai senior kita akan turun tangan.
Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau Universitas Andalas