Warga Usir Para Truk Tebu, Camat dan Asisten Ekonomi dan Bangunan Pemkab Blitar, di Cueki
Blitar, Infobabua.co.id – Kemarahan warga masyarakat Desa Ngembul, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar, terkait dengan kerusakan jalan Desanya, kali ini sudah tidak dapat kompromi lagi.
Seperti aksi-aksi sebelumnya, warga kembali memblokir jalan sepanjang 09 Kilometer yang rusak akibat aktivitas pabrik gula PT. Rejoso Manis Indo (RMI), bahkan sampai tidak mempedulikan pejabat setempat, Selasa 04 Januari 2022.
Pemblokiran jalan ini terjadi yang ke sekian kalinya dilakukan oleh warga, karena kerusakan jalan di Desanya semakin parah.
Semua menuding PT RMI sebagai penyebabnya, karena sejak beroperasi tiga tahun terakhir, pabrik tersebut diduga telah melakukan penyerobotan lahan aset Desa, pencemaran limbah di sungai, hingga kerusakan jalan.
“PT RMI dianggap menjadi penyebab rusaknya jalan Desa karena dilewati truk-truk tronton dan gandeng yang membawa tebu,” kata seorang warga, yang enggan disebut namanya.
Menurutnya, kali ini mereka menutup jalan Desanya dengan belasan Kayu Gelondongan yang membuat truk-truk kontainer pengangkut tebu tidak bisa melanjutkan perjalanan untuk mengambil gula ke PT RMI. Bahkan warga mengusir truk-truk tersebut untuk berputar balik.
Rupanya unjuk rasa kali ini bukan berlangsung di satu Desa saja, namun sekaligus ada di dua titik.
Selain di Desa Ngembul, aksi juga meluas sampai sisi Utara Sungai Brantas atau di Dusun Jajagan, Desa Jugo, Kecamatan Kesamben yang berjarak 04 KM di Selatan pabrik gula di dekat Pasar Ngembul.
Aksi itu dilakukan di dua tempat yang berbeda karena jalan Desa sama-sama rusak parah.
Kalau musim hujan seperti saat ini, jalan berubah seperti jalan sawah karena banyak lubang tergenang air.
Sehingga sering menyebabkan kecelakaan karena banyak sepeda motor yang terjerembab ke lubang yang cukup dalam. Dan rusaknya jalan tersebut sudah tiga tahun sejak pabrik gula berdiri.
“Saat ini sudah tidak bisa ditambal sulam lagi melainkan harus dibangun total, karena aspalnya bukan hanya mengelupas. Tapi jalannya sudah berubah seperti sawah,” teriak warga yang ikut unjuk rasa.
Aksi nekat warga mencegat semua truk kontainer dan memaksanya putar balik tersebut, dijaga oleh petugas dari kepolisian dan TNI.
Tetapi petugas tidak bisa berbuat banyak, karena memang warga masyarakat menuntut perbaikan jalan Desanya yang rusak parah.
Meski warga masyarakat telah menutup jalan Desanya dengan kayu gelondongan dan bebatuan besar, namun mobil milik warga setempat masih dapat melintas.
“Kami tidak akan membuka jalan ini sebelum ada kepastian. Sebab pada unjuk rasa sebelumnhya, kami merasa ditipu. Katanya jalan kami akan dibangun oleh pabrik gula itu, ternyata tidak ada buktinya,” tegasnya.
Lebih dalam mereka menuturkan, karena ketidak tegasan dari Pemerintah Daerah terhadap kondisi infrastruktur tersebut, membuat kewibawaan pejabat-pun seperti tidak dipedulikan oleh warga masyarakat.
Semula Camat Binangun, Hendri Bagus Dwi Tanto, mendatangi dan berusaha mendinginkan suasana di lokasi unjuk rasa.
Namun Camat Bagus malah jadi bahan ketawaan warga dan semua perkataannya tidak dipedulikan. Sehingga Bagus menelpon Asisten Ekonomi dan Bangunan Pemkab Blitar, Tuti Khomariyati agar membantu merayu warga untuk membuka jalan.
Akhirnya Tuti datang ke lokasi unjuk rasa dan menemui warga masyarakat yang berkumpul di Selatan Pasar Ngembul atau pertigaan jalan ke arah Kecamatan Sutojayan. Tuti juga meminta supaya warga masyarakat membuka barikade di jalan Desanya.
Yang dialami Tuti, bahkan lebih memalukan daripada Camat Bagus. Warga malah tidak menggubris semua perkataannya dan tetap berjaga-jaga di depan barikade gelondongan kayu.
“Mohon agar penutupan jalan ini dibuka karena nanti sore kami akan melakukan pertemuan antara Dinas PU dan pihak PT RMI,” rayu Asisten Ekonomi dan Bangunan Pemkab Blitar, Tuti Khomariyati.
Warga masyarakat sempat menjawab bahwa mereka tidak akan termakan bujuk rayu lagi.
“Kami tetap menutupnya. Nanti saja setelah pertemuan itu, apa kesepakatanmya. Kalau kesepakatannya tidak jelas seperti yang sudah-sudah, kami akan tutup selamanya,” teriak warga.
Karena putus asa tidak bisa merayu warga, akhirnya Tuti dan Bagus pun pergi meninggalkan mereka.
Sementara warga masyarakat tetap berkerumun di lokasi jalan yang diblokir, dan masih sempat membagikan nasi bungkus kepada para sopir dan kernet truk kontainer yang tersandera di tepi jalan Dusun Jajagan.
Untuk diketahui bahwa, beberapa waktu lalu truk-truk kontainer masih bisa parkir di lahan hutan sebelum memasuki PT RMI.
Dengan tujuan, agar tidak mengganggu arus lalu lintas karena separo lebih badan truk menutup jalan Desa.
Namun lahan hutan yang terlanjur dibabat pihak pabrik gula tersebut, kini tidak diijinkan menjadi tempat parkir truk tebu lagi oleh Perhutani.
Selain tidak ada kompensasi dan ijin, juga banyak protes dari berbagai pihak karena lahan hutan dialihfungsikan untuk areal parkir truk tebu.
Sementara pihak PT RMI berjanji akan membantu memperbaiki kerusakan jalan Desa. Namun pihaknya juga meminta agar Pemkab Blitar melindungi investor. (Eko.B).