Wakil Ketua I DPRD Banjarbaru Taufik Rachman Cegah Balapan Luar Dimulai dari Lingkungan Keluarga dan Sekolah
BANJARBARU, infobanua.co.id – Menangkal aksi balapan liar yang kerap terjadi di Kota Banjarbaru menurut pandangan Wakil Ketua DPRD Kota Banjarbaru Taufik Rachman SH MH, harus dimulai dari lingkungan keluarga terdekat lalu ke lingkungan sekolah.
Persoalan tindakan aksi balapan liar yang kerap dilakukan oleh anak remaja dinilai wakil rakyat dari Partai Golkar Kota Banjarbaru cukup pelik. Sehingga pemecahannya tak bisa hanya dilakukan hanya sekedar himbauan dan razia oleh petugas keamanan.
“Tangkal balap liar oleh remaja, pencegahannya dimulai dari keluarga. Yang jelas perihal balap liar ini perlunya pemahaman yang jelas kepada para pelaku anak muda ini. Karena yang menjalankan anak yang baru beranjak remaja, kemudian kebanyakan anak muda yang baru beranjak remaja. Artinya mereka masih masih berada di bangku sekolahan, masih berada di bangku sekolahan. Sehingga perlunya edukasi dari dinas ataupun dari kepolisian,” katanya, Rabu (5/4/2023)..
Kata Taufik, mayoritas pelaku aksi balap liar adalah pelajar tergabung dalam geng motor dan balapan liar. Sehingga, keberadaan budaya geng motor dan balapan liar kalau dibiarkan berkembang akan menjadi salah satu bentuk konflik ditengah masyarakat. “Jadi, perlu dicegah secara dini, perlu langkah untuk pencegahan sedini mungkin agar tidak menimbulkan keresahan ditengah masyarakat,” katanya.
Penyebab pelajar bergabung dengan geng motor untuk mengikuti balapan liar diantaranya yakni tidak adanya kesempatan dalam menyalurkan minat, bakat dan ekpresi terkait kegemaran mengendarai motor dan berbagai hal lainnya.
“Secara umum bisa dikarenakan karena rasa kesenangan, penasaran dan ingin memacu adrenalin sehingga balap liar ini bisa menjadi suatu hobi. Apalagi, keterbatasannya fasilitas sirkuit untuk balapan,” katanya.
Karena itu, perlu langkah terhadap menyelenggaraan khusus pelajar, antara lain road race, motor cross, modification contest. Selain itu, perlu diberikan peluang untuk mendapatkan beasiswa dalam melanjutkan pendidikan ke jalur kejuruan khusus motor seperti sekolah untuk pembalap, sekolah khusus motor dan lainnya yang sesuai dengan keahliannya dalam dunia motor.
“Sebelum mengambil langkah diperlukan pendataan pelajar yang gemar bermotor di jalanan, selain itu juga melakukan pendataan pelajar yang belum cukup umur dan belum mendapatkan SIM serta memberikan pengarahan untuk menyalurkan minat dan bakatnya dalam kegiatan-kegiatan postif terkait mengendarai motor,” katanya.
Solusi tersebut tentunya membutuhkan sinergitas dalam bentuk komunikasi, konsolidasi, kerjasama dan hubungan sosial yang positif.
Taufik berkata, remaja tingkat SMP harus diingatkan oleh orang tua dan pihak sekolah tidak boleh menggunakan alat transportasi kendaraan sepeda motor. Jika murid SMA dipastikan jika membawa motor wajib memiliki SIM dulu. “Pemeberian edukasi soal ketentuan membawa motor dan memiliki SIM juga perlu diperhatikan. Jika tidak tentu anak anak remaja yang belum memiliki hak bisa membawa sepeda motor,” ujarnya.
Menurut Taufik, ada upaya Diltantas dan IMI Kalsel menggelar Sunday Race untuk menyalurkan para remaja yang kerap melakukan aksi balapan ini disambut positif. “Kami apresiasi upaya Polda dan IMI Kalsel menggelar Sunday Race, untuk menangkal aksi balapan liar remaja dan pemberian edukasi. Balapan liar jika disalurkan menjadi balapa resmi mengapa tidak, tentu menjadi hal yang positif,” katanya.
yus/IB