infobanua.co.id
Beranda Opini Ilmu, Taqdir dan Jalan Lurus

Ilmu, Taqdir dan Jalan Lurus

Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil *

 

Walhasil, mungkin masing-masing dari kita akan bertanya pada diri sendiri, apa saya gila, atau jangan-jangan tidak normal, kayaknya saya psikopat?! Perkara kejiwaan yang berkaitan dengan pengertiannya dalam batasan keilmuan populer khususnya psikologi

Dengan ilmu kehidupan diharapkan menjadi lebih baik dan penuh kemudahan serta senantiasa dalam kebaikan. Bukan sebaliknya menjadi beban serta memunculkan berbagai masalah demi masalah yang kian bertambah yang menjadikan orang semakin jauh bahkan dari agama itu sendiri. Pada kenyataannya, takdir atau ketetapan Allah, dikaji dengan ilmu yang benar artinya tidak sesat serta menyesatkan akan menemukan kebenaran dalam arti pencerahan berupa keilmuan, harapan berupa kebaikan-kebaikan serta keberkahan hidup secara keseluruhan baik masa lalu juga masa depan.

Pada poin ini penulis hendak menyampaikan bahwa sesungguhnya pembagian ketentuan berupa takdir oleh orang dengan mengatakan secara tegas bahwa ketetapan berupa taqdir adalah apa yang yang ada di alam semesta serta ketetapan berupa syariah. Sebab pembagian tersebut memicu usaha pembenturan antar kedua ketetapan yang tersebut, padahal sejatinya tidak ada pertentangan antar ayat ayat Tuhan termasuk terkait ketetapan.

Adapun jalan lurus yang merupakan bagian dari topik yang diangkat sebagaimana tercantum pada judul artikel di atas, merupakan bentuk jala yang berbentuk ketetapan Allah. Bahwa manusia bahkan juga jin tidak diciptakan sia-sia melainkan untuk menyembah Allah. Termasuk, tumbuh-tumbuhan dan hewan seperti burung semua bertasbih memuji Kebesaran Allah meski tidak semua manusia bisa mengerti tasbih mereka.

Sebagai contoh, seorang guru dalam Tasawwuf menyampaikan, bahwa sesungguhnya tabiat hewan sesungguhnya menunjukkan mereka sedang bertasbih. Jika ayam dengan kokoknya, ular dengan desisannya, dan lain sebagainya. Allah Ta’ala berfirman sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an Surat an-Nahl 41 berikut artinya: “tidakkah engkau (Muhammad) tahubahwa kepada Allah-lah bertasbih apa yang di langit dan dan di bumi, dan juga burung yang mengembangkan sayapnya. Masing-masing sungguh telah mengetahui (cara) berdo’a dan bertasbih. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”

Contoh lainnya dapat diambil dari “syarr” atau suatu keburukan yaitu malas (“al-kasl”) misalnya, terhadap hal ini agama melalui lisan Nabi Mulia Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam memberikan bimbingan untuk berlindung dari sebagaimana terdapat dalam zikir pagi dan petang agar terus melanjutkan hidup berupa beribadah kepada Allah dalam berbagai bentuknya dan tidak membenarkan dengan mengikutinya sehingga lalai dari ketetapan Allah khususnya bagi manusia yang sering lupa atau lalai dalam beribadah kepadaNya.

Maka jelas sudah makna ilmu, taqdir serta jalan yang sesungguhnya, atau sekedar pengertian alternatif, ketiga istilah yang populer di masyarakat khususnya Islam tersebut di atas memberikan gambaran tentang ketiganya secara lebih jelas, tepat, dan mencerahkan. Harapannya dapat membawa manfaat serta dijauhkan Allah dari segala bentuk kemudaratan, inshaaAllah!

*Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera

Bagikan:

Iklan