Sekadar Merdeka Tidak Cukup
Oleh: Pribakti B
Tahukah Anda ? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ada makna khusus yang dikandung kata “merdeka”. Biasanya kata “merdeka” dihadapkan dengan kata “ budak”. Budak adalah manusia yang tergadai. Dia tidak memiliki dirinya tetapi dimiliki orang lain. Merdeka berarti bebas dari perbudakan, tidak lagi dikuasai orang lain. Merdeka berarti mandiri, tidak tergantung pada orang lain.
Dalam Pembukaan UUD 1945, kemerdekaan dihadapkan dengan penjajahan. Penjajahan adalah kata lain dari perbudakan, yaitu pemerasan manusia atas manusia lainnya. Karena manusia pada dasarnya setara, maka kemerdekaan adalah hak segala bangsa, sedangkan penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Jadi merdeka bukan keistimewaan, melainkan keniscayaan.
Lalu apakah makna “merdeka dan bebas” itu sama? Mengapa kita selalu menyebut 17 Agustus “Hari Kemerdekaan” bukan “Hari Kebebasan”? Kata “bebas” biasanya dihadapkan dengan kata “terikat”. Orang yang bebas adalah orang yang terlepas dari ikatan. Karena itu , kata “bebas” dan “kebebasan “ tidak hanya secara khusus berhadapan dengan perbudakan dan penjajahan , tetapi lebih luas. Bebas bisa berarti terlepas dari batasan kendali dari luar diri. Bebas berarti mampu memilih dan memutuskan sendiri sesuatu yang diinginkan.
Dengan demikian, kebebasan adalah lanjutan dari kemerdekaan. Tanpa kemerdekaan , tidak ada kebebasan. Tanpa kebebasan , kemerdekaan kehilangan makna. Jadi sekadar merdeka tidak cukup. Sebab menjadi merdeka berarti menjadi setara dengan yang lain. Sedangkan menjadi bebas berarti secara mandiri mampu mewujudkan keinginan dan cita-cita. Namun kebebasan itu berwajah ganda. Ia dapat mewujudkan kebaikan, dapat pula kejahatan.
Pertanyaannya, sudah 79 tahun Indonesia merdeka, tetapi apakah kita sudah bebas, yakni mampu mewujudkan cita-cita kita sebagai bangsa? Jawabannya tentu tidak hitam-putih, ya atau tidak. Sebagian dari cita-cita itu dapat diwujudkan, sebagian lagi masih tertatih-tatih. Tentu yang perlu direnungkan adalah mengapa kemerdekaan belum sepenuhnya menghasilkan kebebasan bangsa dalam mewujudkan cita-citanya?
Kemerdekaan dari penjajahan berarti pengambilalihan kekuasaan dari pihak asing. Kekuasaan adalah kekuatan untuk berbuat mewujudkan cita-cita. Tetapi kekuasaan juga bisa menjadi perangkap yang merespon sehingga orang terlena. Kekuasaan dapat membuat orang bebas menentukan sikap dan tindakan demi suatu cita-cita, tetapi dapat pula memperbudak dan menjajah diri si penguasa.
Misalnya, di era kemerdekaan , pendidikan dikelola oleh bangsa sendiri. Tetapi karena rakus, sebagian pekerja pendidikan justru tega mempermainkan dunia pendidikan. Di era kemerdekaan, aparat hukum adalah anak bangsa sendiri. Tetapi, karena serakah, sebagian mereka jusustru memperjual- belikan hukum. Akibatnya , setelah merdeka dari penjajah asing, rakyat malah dijajah oleh bangsa sendiri.
Mengapa? Karena meskipun sudah merdeka politik, belum tentu merdeka budaya. Merdeka lahir, belum tentu merdeka batin. Merdeka belum membuatnya bebas. Ia masih bermental budak. Secara lahiriah , dia merdeka, tetapi secara batiniah, dia adalah budak harta dan tahta. Cita-citanya bukan “memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa” melainkan memperkaya diri, keluarga dan kelompoknya.
Anehnya , seringkali orang suka melemparkan kesalahan kepada orang lain, bukan mengkritik diri sendiri. Pemimpin menyalahkan rakyat. Rakyat menyalahkan pemimpin. Padahal, pemimpin dan rakyat adalah cermin satu sama lain. Ada lagi yang suka mencari kambing hitam melalui teori konspirasi. Katanya, ada konspirasi asing yang membuat bangsa ini miskin dan bodoh. Padahal, yang salah adalah diri sendiri.
Tentu saja yang paling bertanggungjawab dalam hal ini adalah pemimpin. Bagaimana dia dapat memimpin dengan baik jika memimpin nafsu sendiri saja dia tidak mampu? Bagaimana dia mengutamakan kepentingan umum, jika untuk urusan perut dan syahwatnya saja belum selesai? Bagaimana dia mau melayani, jika dia sendiri gila dilayani? Bagaimana dia memberi dengan tulus, sedangkan dia amat serakah? Alhasil , penjajahan lahir dari keserakahan. Jika merdeka berarti sekadar terlepas dari kekuasaan asing, tetapi dicengkeram oleh keserakahan elite bangsa sendiri, maka mungkin saja merdeka itu tidak berguna!